Pembagian Hadist Ahad

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa hadist dilihat dari aspek sampainya kepada kita terbagi dua macam: Hadist Mutawatir dan Hadist Ahad
Pembahasan Hadist Mutawatir telah dijelaskan sebelumnya, dan sekarang kita akan bahas Hadist Ahad

I. Hadist Ahad
Yaitu hadits yang tidak mencapai derajat hadits mutawatir karena kurangnya syarat yang terdapat dalam hadist Mutawatir.

II. Pembagian Hadist Ahad

A. Hadits Masyhur

Diambil dari isim maf’ul dari kata: شّهِرَ الأمر يُشْهِرُهُ شُهْرَةً هُوَ مَشْهُوْرٌ
Artinya sesuatu yang telah dikenal.
Sedangkan menurut istilah ulama hadist ialah:
Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang rawi atau lebih pada setiap generasi (tabaqat) tapi tidak mencapai derajat mutawatir (rawinya tidak sebanyak atau kurang dari hadist mutawatir).
Contoh:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ

“Sesunggguhnya Allah tidak mengambil ilmu begitu saja dari para hamba-hamba-Nya …..”

Hadits ini diriwayatkan oleh tiga orang sahabat, yaitu Ibnu Umar, Aisyah dan Abu Hurairah.

Kedudukan Hadist Masyhur
Hadits ini bisa diklasifikasikan shahih, hasan ataupun dla’if (lemah) tergantung penilaian dari sisi rawi maupun sanadnya

Hadist Masyhur Menurut Pandangan Ulama
Terkadang ada perbedaan antara definisi hadist masyhur menurut ulama hadist dan menurut ulama selain dari ulama hadist (muhaditsin)
Hadist Masyhur menurut muhaditsin seperti yang telah dijelaskan di atas. Sedangkan masyhur menurut menurut pandangan orang banyak berbeda definisinya. Karena masyhur disini menurut mereka adalah dikenal luas dan terkadang hadits tersebut adakalnyamutawatir, atau berupa hadits ahad, bisa jadi shahih, hasan dla’if, bahkan maudlu’ (palsu). Sedangkan hadist masyhur selain menurut definisi muhaditsin terkadang ada dari kalangan ulama, ahli fikih, ahli usul, di kalangan ulama nahwu dan lainna.

B. Hadits Aziz
Diambil dari akar kata عَزَّ يَعِزُّ
Yaitu sedikit sekali atau dari kata عَزَّ يَعِزُّ bermakna kuat dan keras.
Allah berfirman:

فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ
“Kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga. (QS. Yaasin : 14)

Definisi: Hadits yang diriwayatakan sekurangnya dua orang rawi atau lebih dari dua orang rawi atau lebih
Contohnya
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ

“Tidak beriman salah seorang dari kalian, sehingga aku lebih dia cintai daripada orang tuanya dan anaknya.”
Hadits ini dirwayatkan oleh dua sahabat, yaitu Anas . dan Abu Hurairah . Kemudian ada dua orang meriwayatkan dari Anas, yaitu Qatadah . dan Abdul Aziz bin Shuhaib . Dua orang meriwayatkan dari Qatadah, yaitu Syu’bah dan. Sa’id Dan dua orang meriwayatkan dari Abdul Aziz bin Shuhaib, yaitu Isma’il bin Aliyah dan Abdul Warits bin Sa’id . Dan dari masing-masing mereka itu para perawi lainnya meriwayatkan hadits ini.

Kedudukan Hadist Aziz
Hadits ini ada yang shahih, hasan dan dla’if. Karena harus diperiksa lebih lanjut dari segi rawi dan sanadnya.

C. Hadits ghorib
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh satu orang rawi di salah satu generasi (tabaqat) sanadnya.
Contohnya Hadits :

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya dan sesungguhnya masing-masing manusia itu akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya.

Hadits ini diriwayatakan hanya oleh Umar bin Khatab saja. Sedangkan yang meriwayatkan dari Umar hanya Muhamad bin Ibrahim at-Taimi . Yang meriwayatakn dari Muhammad hanya. Yahya bin Sa’id Al Anshori

Kedudukan Hadist Ghorib
Hadits ini terdapat yang shahih, hasan dan dla’if.

Pembagian Hadist Ghorib
Hadist ghorib sering juga disebut dengan hadist Fard namun sebagian muhadist menganggap bahwa hadist ghorib dan hadist far dada perbedaan antara keduanya. Ibnu Hajar Al-Asqalani sendiri cenderung menganggap bahwa keduanya sama saja dan perbedaannya hanya terletak pada penggunaan istilah saja.
Hadist Ghorib dibagi dua:
1. Ghorib Mutlak/ Fard Mutlak
2. Ghorib Nisbi/ Fard Nisbi


sumber : belajar ilmu hadits
Baca Selengkapnya - Pembagian Hadist Ahad

Hadist Mutawatir

Hadist dilihat dari sampainya kepada kita ada dua macam, yaitu:
A. Hadist Mutawatir
B. Hadist Ahad

I. Hadist Mutawatir
Dari segi bahasa, mutawatir berarti sesuatu yang datang secara beriringan tanpa diselangi antara satu sama lain .
Hadist Mutawatir berarti hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta dari sejumlah rawi sampai akhir sanad.
Maksdunya Hadits mutawatir itu adalah hadits yang diriwayatkan sejumlah rawi yang menurut akal mereka tidak mungkin sepakat berbuat dusta, dan banyaknya rawi ini ini seimbang dari permulaan sanad hingga akhirnya dalam setiap tingkatan (tabaqat/generasi).

II. Syarat Hadist Mutawatir
  • Diriwayatkan oleh banyak perawi. Meskipun muhaditsin (ahli hadist) berbeda pendapat mengenai seberapa banyak jumlah sedikitnya perawi ini, namun pendapat yang dipilih setidaknya mencapai 10 orang

  • Banyaknya orang yang meriwayatkan ini harus ada dalam setiap tingkatan (tabaqat/generasi)

  • Menurut akal tidak mungkin perawi ini mempunyai kesepakatan untuk berdusta ketika meriwatkan hadist. (Artinya hadist mutawatir ini memiliki kekuatan hukum yang pasti karena banyaknya orang yang meriwayatkan, dan riwayat ini datang dari sejumlah rawi, di setiap generasi, yang berasal dari beberapa daerah pula. Sehingga ketika menerima hadist ini akal mempercayainya karena tidak mungkin dari sekian banyaknya rawi mereka sepakat untuk memalsukan hadist ini.

  • Hadits (khabar) yang diberitakan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan pemberitaanya bersifat indrawi ( proses pendengaran dan penglihatan langsung ). Berupa rangkuman suatu peristiwa ke peristiwa yang lain atau hasil dari kesimpulan dari satu dalil. Dan bukan penerimaan oleh akal / logika murni seperti teori filsafat tentang alam dan ketuhanan, yang tidak dapat di kategorikan sebagai suatu yang mutawatir ,karena tidak ada jaminan kebenaran logika yang benar.


  • III. Kekuatan Hukum Hadist Mutawatir
    Hadits mutawatir memiliki klasifikasi daruri, yaitu kekuatan hukum yang kuat, Dan harus diterima dengan bulat karena datangnya melalui proses qath’i (pasti), seakan-akan seseorang mendengar langsung dari Nabi Muhammad Saw.
    Sedangkan meneliti kembali para rawi-rawi hadits mutawatir tentang keadilan dan daya hafalnya tidak diperlukan lagi, karena kuantitas/jumlah rawi-rawinya mencapai ketentuan yang dapat menjamin untuk tidak bersepakat dusta. Oleh karenanya wajiblah bagi setiap muslim menerima dan mengamalkan semua hadits mutawatir. Seperti pengetahuan kita akan adanya kota London, Makkah, Madinah, Jakarta, New York, dan lainnya; tanpa membutuhkan penelitian dan pengkajian. Sedangkan mengingkari hadits mutawatir dianggap kufur.

    IV. Pembagian Hadist Mutawatir
    Hadist Mutawatir dibagi dua:

    1. Mutawatir Lafzi/ Lafaz
    Yaitu apabila sama dalan makna dan lafznya, contohnya:
    "Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku (Rasulullah Saw) maka dia akan disiapkan tempat duduknya dari api neraka.”
    Hadits ini telah diriwayatkan lebih dari 70 orang shahabat, dan diantara mereka termasuk 10 orang yang dijamin masuk surga.

    2. Mutawatir Ma’nawi
    Yaitu mutawatir dalam maknanya sedangkan lafaznya tidak. Misalnya, hadits-hadits tentang mengangkat tangan ketika berdoa. Hadits ini telah diriwayatkan dari Nabi sekitar 100 macam hadits tentang mengangkat tangan ketika berdo'a. Dan setiap hadits tersebut berbeda kasusnya dari hadits yang lain. Sedangkan setiap kasus belum mencapai derajat mutawatir. Namun bisa menjadi mutawatir karena adanya beberapa jalan dan persamaan antara hadits-hadits tersebut, yaitu tentang mengangkat tangan ketika berdo'a.

    V. Keberadaan Hadist Mutawatir
    Hadits mutawatir pada kenyataanya jumlahnya cukup banyak, namun bila dibandingkan dengan hadits ahad, maka jumlahnya sangat sedikit.
    Salah satu contoh hadist mutawatir adalah:

    Hadits mengusap dua khuff, hadits mengangkat tangan dalam shalat, hadits tentang telaga, dan hadits : "Allah merasa senang kepada seseorang yang mendengar ucapanku....." "Al-Qur'an diturunkan dalam tujuh huruf", hadits "Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun untuknya rumah di surga", hadits "Setiap yang memabukkan adalah haram", hadits "Tentang melihat Allah di akhirat", dan hadits "tentang larangan menjadikan kuburan sebagai masjid.”

    Meskipun ada di kalangan muhaditsin yang menyatakan hadist mutawatir itu hanya sedikit jumlahnya. Itu hanya berkisar pada keberadaan hadit mutawatir lafzi, sedangkan hadist mutawatir ma’nawi banyak jumlahnya. Dengfan demikian perbedaan pandangan ini hanya berkisar tentang banyak atau tidaknya hadist mutawatir lafzi saja.

    sumber : belajar ilmu hadits
    Baca Selengkapnya - Hadist Mutawatir

    Anak lebih aktif, sehat, dan cerdas

    Gemas deh, melihat si kecil maunya naik tangga, meloncat dari kursi, atau berlari di lantai yang baru saja dipel. Anda berusaha untuk selalu ‘mengikatnya’ di stroller atau menggendongnya. Belum lagi kalau diajak jalan-jalan ke mal, maunya selalu lari menjauh dari Anda, atau tiba-tiba menarik berbagai benda di sekitarnya. Rasanya cemas kalau dia sampai jatuh atau terbentur. Akibatnya, Anda berusaha untuk selalu ‘mengikatnya’ di stroller, menggendongnya, mendudukkannya di kereta belanja ataupun memasukkannya di boks bermain. Setelah itu, Anda pun bisa melakukan berbagai aktivitas dengan lebih tenang.

    Kalau Anda melakukan itu, sebetulnya Anda sudah menghalangi anak untuk tumbuh sehat dan cerdas. Jika ia tak beraktivitas, kemampuan tangan dan kakinya tidak akan terlatih, sehingga justru nantinya makin canggung dalam bergerak. Aktivitas juga memberi stimulus tambahan bagi otak untuk meningkatkan kecerdasan, bukan hanya cerdas dalam bergerak, namun juga mendapat wawasan. Aktivitas juga bisa menjadi pelepas stres sehingga meningkatkan perkembangan emosi anak. Sebaliknya, kurangnya aktivitas justru bisa membuat anak kegemukan.

    Jadi, jika Anda menginginkan yang terbaik untuk anak, Anda bisa mencoba cara berikut:

    1. Cari lapangan, atau taman, dan pastikan tidak ada hal berbahaya di sekitarnya. Menurut David Bernhardt, dokter anak spesialis olahraga di University of Wisconsin di Madison, membiarkan anak berada di suatu tempat yang cukup luas adalah salah satu cara terbaik untuk membuat anak bergerak.

    2. Pasang CD lagu anak-anak. Berdansalah bersama mengikuti irama lagu. Terutama jika sulit pergi keluar rumah (misalnya karena anak sakit atau hujan deras atau si kecil mengamuk karena bonekanya hilang).

    3. Jalan bersama keliling kompleks, menyiram tanaman sambil main air, mengajaknya ikut membersihkan kaca jendela, yang penting ia ikut bergerak.

    4. Isi penuh kolam plastik anak dan biarkan mereka bersenang-senang. Atau biarkan mereka meloncati berbagai benda yang ada di ruang bermain. Anda tinggal mengawasi dan meneriakkan yel-yel dukungan.

    5. Libatkan ia dalam kelas aktivitas bagi anak seusianya. Ada berbagai ‘sekolah’ atau tempat beraktivitas bagi anak yang menyediakan berbagai permainan gym dengan pengawasan guru berpengalaman. Sudah tentu tujuannya bukan untuk mencetak anak sebagai juara olimpiade, tapi sebagai sarana aktivitas anak.

    sumber : parenting.co.id
    Baca Selengkapnya - Anak lebih aktif, sehat, dan cerdas

    VITAMIN UNTUK ANAK PRASEKOLAH

    Perlukah anak minum vitamin?

    Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Sebagian besar anak usia lebih dari setahun yang makannya cukup beragam, termasuk daging tidak perlu vitamin. Anak yang lebih kecil daripada si usia prasekolah bahkan perlu resep dokter untuk minum suplemen vitamin. Meski begitu, anak tidak akan selalu menurut, dan beberapa pola makan tambahan berupa suplemen.

    Bila si kecil termasuk pemilih, misalnya makanan yang ia sukai hanya cheerios, dan tidak banyak makanan lain, memberi multivitamin dengan zat besi adalah ide brilian. Anak yang vegetarian biasanya kekurangan zat besi, vitamin B dan seng. Jadi, mereka juga kandidat untuk mendapat multivitamin dengan zat besi.

    Bila Anda memberi si kecil vitamin, bacalah keterangan pada kemasan. Umumnya, kandungan vitamin untuk anak-anak diatur sesuai usia. Biasanya tidak untuk anak di bawah usia 2 tahun. Dosisnya pun bervariasi sesuai merek pilihan. Dosis bisa hanya setengah tablet untuk merek tertentu, dan satu tablet untuk merek lain.

    Vitamin berbentuk cair biasanya tersedia untuk anak di bawah 2 tahun. Cari multivitamin dengan kalsium, karena banyak anak masa kini yang tidak tercukupi kebutuhan mineralnya dalam makanan. Biasakan untuk selalu membaca label karena jumlah vitamin dan mineral bisa bervariasi antara satu merek dengan merek lain.

    Bayi dan batita yang banyak menyusu (ini berarti sebagian besar susu yang diminum adalah ASI), dan anak lebih besar yang minum susu kurang dari 475 cc setiap hari harus mengonsumsi vitamin D. Beberapa anak mungkin juga perlu fluoride setelah usia 6 bulan, tergantung pada konsumsi minumannya. Konsultasikan dengan dokter untuk mendapat saran seputar diet anak yang paling pas.

    Catatan kecil tentang vitamin yang harus dicermati: Ada beberapa vitamin yang rasanya semanis permen. Jauhkan vitamin seperti ini dari jangkauan anak. Mengonsumsinya dalam jumlah berlebihan bisa berbahaya!

    sumber : http://www.parenting.co.id
    Baca Selengkapnya - VITAMIN UNTUK ANAK PRASEKOLAH

    Tips Meningkatkan Kreativitas pada Anak

    Orang awam sering menghubungkan kreativitas dengan kesenian. Di mana didalamnya tercipta sebuah karya baru atau yang berbeda. namun dalam perkembangannya, orang semakin sadar kreativitas mempengaruhi seseorang dalam menyikapi berbagai macam persoalan hidup. Baik secara individu, kelompok kecil hingga organisasi besar.

    Apakah kreativitas ?

    Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan yang baru dan belum dikenal oleh orang lain. Kreativitas tidak terbatas pada produk yang dihasilkan, namun juga pada proses sebuah karya/gagasan bisa tercipta.

    Orang yang kreatif memiliki karakteristik berani menghadapi sebuah problema dari kacamata pandang yang berbeda. Misalnya ; dalam menjalankan bisnis. Sudah banyak orang menjalankan bisnis yang serupa, namun ia tetap teguh menjalankan bisnis yang sama. Ia berusaha menciptakan peluang-peluang yang orang lain belum menyadarinya. Ia menjalankan bisnis bukan hanya secara offline, dilengkapi dengan online. Sehingga ia mempunyai peluang menjaring konsumen dari seluruh dunia.

    Bagaimana kreativitas dapat ditumbuhkan? Bisa jadi kita yang tua merasa kita sudah tidak kreatif. Tetapi anak-anak kita masih mempunyai peluang yang besar menjadi orang yang kreatif melalui diri kita yang belajar menjadi kreatif.

    Kondisi yang meningkatkan kreativitas anak :

    1. Waktu

    Kegiatan anak sebaiknya tidak semua terjadwal dengan ketat. Ada ruang waktu bagi mereka bermain-main sesuai ide yang mereka miliki. Kesempatan bermain bebas merupakan wahana anak-anak menuangkan gagasan-gagasan sederhananya. Selain itu, mereka melakukan uji coba pada konsep-konsep yang baru saja mereka kuasai.

    2. Kesempatan menyendiri

    Anak mendapatkan ruang untuk mengembangkan imajinasinya tanpa ada intervensi dari pihak lain.

    3. Motivasi

    Motivasi positif lebih dibutuhkan anak dibandingkan kritikan, meski sedikit bisa menghancurkan gagasan yang sedang merona.

    4. Sarana

    Sarana merupakan alat untuk anak-anak bereksperimen dan mengeksplorasi lingkungannya. Sarana yang bisa kita sediakan antara lain botol-botol bekas, kertas ataupun kotak bekas makanan. Benda-benda ini bisa dijadikan pengganti balok-balok kayu.

    5 .Lingkungan yang merangsang

    Perlunya penciptaan lingkungan yang memberikan keleluasaan anak bekreativitas. Misalnya dikuranginya kondisi tanah yang naik-turun, banyaknya tangga dan sudut-sudut bangunan yang melengkung, bukan sudut tajam.

    6. Hubungan Orang tua – Anak yang tidak posesif

    Orang tua yang tidak posesif akan memberikan ruang gerak yang cukup bagi anaknya.

    7. Cara Mendidik Anak

    Anak yang didik secara otoriter mempunyai kesempatan yang lebih kecil mengembangkan kreataivitas dibandingkan anak yang dididik secara demokratis

    8 .Kesempatan untuk meraih pengetahuan

    Kreativitas akan muncul pada anak-anak yang mempunyai kesempatan untuk meraih pengetahuan. Di mana banyak hal yang ia pelajari, sehingga kan muncul ide-ide baru.


    sumber : http://www.beritaterkinionline.com

    Baca Selengkapnya - Tips Meningkatkan Kreativitas pada Anak

    Definisi-Definisi Seputar Ilmu Hadist

    Ilmu Mustalah Hadist
    Yaitu ilmu yang mempelajari tentang pokok dan kadiah yang berkaitan dengan sanad satu hadist dan matan hadist ditinjau dari diterima (qabul) atau tidaknya (raddu/mardud) sebuah hadist.

    Hadits
    Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik berupa ucapan (qauly), perbuatan (fi'ly), ketetapan (taqriry), atau dengan sifat.

    Kesimpulan

  • Hadits qauly: Adalah hadits yang berisi tentang ucapan Nabi Saw

  • Hadits fi'ly: Hadist yang berupa perbuatan Nabi Saw yang dideskripsikan oleh Sahabat.

  • Hadits taqriry: Adalah hadits yang berisi tentang persetujuan atau ketetapan Nabi Saw terhadap ucapan atau perbutan yang dilakukan oleh Sahabat, termasuk diamnya Nabi Saw ketika melihat satu perbuatan sahabat di hadapan beliau.


  • Atsar
    Ada dua pengertian tentang arti Atsar:

  • Sama dengan makna Hadist

  • Sesuatu yang datang dari Sahabat atau Tabi’in, baik berupa ucapan atau perbuatan.


  • Khabar
    Ada tiga pendapat berkenaan dengan arti khabar, yaitu:
  • Menurut pandangan ulama hadist Khabar ini semakna dengan hadist

  • Menurut sebagian pandangan Khabar adalah sesuatu yang bukan berhubungan dengan hadist, misalnya yang berhubungan dengan sejarah Nabi dan lainnya.

  • Khabar lebih umum dari pada hadist, artinya khabar bermakna sesuatu yang datang dari Nabi Saw atau dari yang lain, seperti dari sahabat Jika disebut khabar berarti termasuk di dalamnya makna hadist, sedangkan hadist belum tentu disebut khabar, karena Khabar berarti sesuatu yang datang dari selain Nabi juga


  • Kesimpulan
  • Kata Hadist sendiri selain sesuatu yang disandarakan kepada Nabi Saw, namun juga terkadang berarti sesuatu yang datang dari sahabat atau tabi’in. Namun umumnya hadist sendiri dimaksudkan seperti definisi hadist diatas

  • Terkadang makna Atsar dan Khabar berarti sesuatu yang datang dari Nabi Saw, ataupun yang datang dari Sahabat atau Tabi’in.


  • Sanad
    Sanad atau isnad (jamak’plural) secara bahasa artinya sandaran, maksudnya:
    Mata rantai atau jalan yang bersambung sampai kepada matan (isi hadist) yang terdiri dari para rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadits dan menyampaikannya.
    Sanad dimulai dari rawi yang awal (sebelum pencatat hadits) dan berakhir pada orang sebelum Rasulullah Saw yakni Sahabat.
    Misalnya Bukhari meriwayatkan satu hadits, maka Bukhari dikatakan mukharrij atau mudawwin (yang mengeluarkan hadits atau yang mencatat hadits), rawi yang sebelum Bukhari disebut sanad pertama sedangkan Sahabat yang meriwayatkan hadits itu dikatakan sanad terakhir.
    Contoh lain: Bukhari meriwayatkan dari A terus B, C, D, E. Dan E dari Nabi Saw.
    Si A ini disebut dengan sanad pertama, sedangkan E sanad terakhir. Sedangkan A disebut rawi, B rawi dan seterusnya. Sedangkan mata rantai yang menghubungkan antara A, B, C, D,dan E disebut dengan Sanad.

    Matan Hadist
    Adalah isi, ucapan atau lafazh-lafazh hadits yang yang diriwayatkan atau yang dismpaikan oleh sanad terakhir.

    Kedudukan Hadist Terhadap Al-Qur’an
  • Bayan tafsir:
    Menjelaskan apa yang terkandung dalam Al Qur'an dan penjelasan ini berupa:

  • 1. Menjelaskan Ayat Mujmal (umum):
    misalnya, Al Qur'an mewajibkan wudhu bagi orang yang akan sholat. Hadits menjelaskan rincian wudhu, bilangan membasuh dan batas-batas membasuh.
    2. Membatasi Yang Mutlaq:
    Misalnya Al Qur'an menetapkan hukum potong tangan bagi pencuri. Hadits menjelaskan tentang batasan nilai barang yang dicuri yang menyebabkan terjadinya hukum potong tangan.
    3. Mentakhshish atau mempertegas kalimat 'am (kalimat umum)
    Misalnya Al Qur'an menjelaskan tentang waris dan orang-orang yang berhak mendapat warisan. Hadits memberi pengecualian bagi orang yang membunuh tidak berhak mendapat waris.

  • Bayan Taqrir:
    Menjelaskan ketetapan hukum yang terdapat dalam Al-Qur'an. Misalnya, menjelaskan wajibnya wudhu bagi orang yang akan shslat sebagaimana Al Qur'an telah menjelaskan demikian.

  • Bayan Tasyri':
    Menetapkan ketetapan hukum baru yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Misalnya, menetapkan hukum bagi pelaku zina muhshon (orang yang telah berkeluarga).


  • sumber : belajar ilmu hadits
    Sumber Bacaan :
    Ushulul Hadist Dr. Muhammad Ujaj Khatib
    Taysir Mustalah Hadist
    Tadrib ar-Rawi, Imam Nawawi/ Jalaludin as-Suyuthi
    Baca Selengkapnya - Definisi-Definisi Seputar Ilmu Hadist

    Keutamaan Membaca al-Quran

    Malam yang sunyi dalam kesendirian membaca al-Quran dengan memahami makna sungguh merupakan kenikmatan tersendiri. Dengan membaca pelan sambil meresapi setiap kandungannya terasa keindahan sendiri, sebagai Allah berfirman, 'Maka bacalah al-Quran apa yang mudah bagimu untuk membacanya.' (QS 73:20). Rasulullah senantiasa mengajarkan kita agar kita mengetahui manfaat dan keutamaan membaca al-Quran diantaranya adalah.

    1. Menentramkan hati, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Salam, ' Tidaklah sesuatu kaum berkumpul di suatu masjid daripada masjid-masjid Allah, mereka membaca al-Quran dan mempelajarinya kecuali turun kepada mereka ketentraman hati, mereka diliputi dengan rahmat, malaikat menaungi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka dan Allah menyebut-nyebut makhluk yang ada disisiNya. (HR. Muslim).

    2. Penyembuh. Menurut Ibnu Qayyim dalam kitab 'Zadul Ma'ad menyebutkan bahwa al-Quran adalah penyembuh yang sempurna dari seluruh penyakit jasmani maupun rohani, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

    'Hai Manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS. 10:57).

    3. Kedua Orang Tua Mendapatkan Mahkota Surga, dari Muadz Bin Anas, Rasulullah bersabda, 'barangsiapa membaca al-Quran dan mengamalkan apa yang terdapat didalamnya. Allah akan mengenakan mahkota kepada kedua orang tuanya pada hari kiamat kelak. Dimana cahayanya lebih terang daripada cahaya matahari didunia. Maka kamu tidak akan menduga bahwa pahala itu disebabkan amalan seperti itu. (HR. Abu Dawud).

    4. Kemuliaan Dari Allah. Orang yang membaca al-Quran senantiasa mendapatkan kemuliaan dari Allah bahkan orang yang masih terbata-bata dalam membaca al-Quranpun mendapatkan dua pahala, sebagaimana sabda Nabi Muhammad,

    'Orang yang membaca al-Quran dan ia mahir dalam membacanya maka ia berkumpul bersama para malaikat, yang lebih mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang masih terbata-bata dan merasa berat membacanya maka ia mendapatkan dua pahala.' (HR. Muttafaqun 'Alaihi).

    Sementara dihadist yang lain Nabi Muhammad juga bersabda, ' Bacalah dan bacalah sekali lagi bacalah dengan tartil seperti dilakukan didunia karena tempatmu terletak diakhir ayat yang engkau baca.' (HR. Tirmidzi).

    5. Dibela di Akherat. Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi bersabda, 'Bacalah al-Quran maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat (pembela) bagi ahlinya yaitu orang yang membaca, mempelajari dan mengamalkannya. (HR. Muslim).

    Yuk, kita giatkan membaca al-Quran...

    sumber : mu'jizat sholat N do'a
    Baca Selengkapnya - Keutamaan Membaca al-Quran

    Orangtua & Anak, Jalin Komunikasi Seperti Teman


    "Luangkan waktu ekstra untuk berbicara dengan pasangan ataupun anak, guna mendapatkan titik terang mengenai apa yang paling penting dalam kehidupan keluarga Anda."

    ANAK Anda tumbuh semakin dewasa. Selain fisik, terjadi pula perubahan sifat yakni tidak mau membuka diri; artinya mereka tidak suka mengungkapkan masalahnya.

    Pada saat inilah diperlukan pendekatan khusus untuk tetap menjaga hubungan dengannya. Orangtua pun selayaknya beradaptasi dengan perubahan tersebut, untuk menyesuaikan dengan perkembangan anak. Sering kali orangtua melakukan kesalahan dalam membina hubungan dengan anak. Seperti dikatakan Direktur Penelitian Terapan bagi Perkembangan Remaja di Universitas Tufts Richard Lerner.

    Menurutnya, tidak sedikit orangtua yang melakukan pendekatan klasik kepada anaknya. Caranya tidak menggurui atau menyalahkan. Sebaiknya, orangtua bersikap layaknya teman mereka. Richard melanjutkan, membesarkan remaja dengan selalu mencekokinya dengan paradigma-paradigma negatif, malah berpeluang besar mereka akan terjatuh pada lubang yang semua orangtua takuti.

    Menurut penelitian terbaru di Universitas Wake Forest, orangtua yang selalu mengingatkan anaknya untuk tidak terlibat pada tindakan berisiko, dilaporkan setahun kemudian malah mendapati remaja mereka terlibat pada tindakan tersebut. Maka itu, Richard meminta para orangtua untuk memfokuskan diri pada hobi dan minat yang dimiliki anak-anak mereka.

    ”Meskipun Anda tidak mengerti hobi yang mereka jalani, dengan demikian Anda dapat membuka jalan untuk berkomunikasi dengan berhubungan dengan dunianya,” kata dia.

    Hal ini, tukasnya, dapat membawa kembali hubungan hangat antara orangtua dan anak. Orangtua sekaligus dapat mempelajari hal-hal baru seputar hobi dan minat yang tengah digemari anaknya.

    Memang, untuk membesarkan anak di tengah perkembangan global seperti sekarang ini, dibutuhkan strategi tertentu. Banyak pula orangtua yang akhirnya berpaling pada buku parenting atau pola pengasuhan anak, dibandingkan menggunakan insting mereka dalam menghadapi buah hatinya.

    ”Ada orangtua yang selalu mengikuti apa yang disarankan buku parenting, mereka lebih mengandalkan buku tersebut ketimbang mempercayai naluri mereka sebagai orangtua,” ujar Robert Evans EdD selaku Direktur Eksekutif Pelayanan Hubungan Manusia, sekaligus penulis buku "Family Matters: How Schools Can Coper With The Crisis in Child Rearing".

    Menurut Richard, hal ini tidaklah baik. Buku parenting bisa menjadi masalah ketika orangtua mengganti kemampuan mereka sendiri dalam mengasuh anak dan menjadikan buku tersebut sebagai semacam kitab suci. Orangtua seharusnya hanya menggunakan buku ataupun artikel semacam ini, untuk mendapatkan perspektif mengenai tindakan anak yang mungkin membingungkan.

    Sebaliknya, luangkan waktu ekstra untuk berbicara dengan pasangan ataupun anak, guna mendapatkan titik terang mengenai apa yang paling penting dalam kehidupan keluarga Anda. Berbicara dari hati ke hati, dan terus menjalani komunikasi di antara anggota keluarga, menjadikan hubungan anak dan orangtua pun semakin tidak berjarak.

    Kesalahan lain yang kerap dilakukan orangtua adalah terlalu sering meributi hal-hal yang kecil. Misalnya orangtua tidak suka pada tatanan rambut anak yang mengikuti mode yang tengah in, atau tidak menyukai pilihan pakaian atau sepatunya. Banyak juga orangtua yang terang-terangan mengaku kecewa di hadapan anak jika dia gagal berprestasi dalam satu bidang, meskipun sang anak telah mengerahkan segenap kemampuan. Mungkin Anda pun salah satu orangtua yang bersikap demikian. Tidak ingin melihat anak mengalami kegagalan dalam sekolahnya misalnya.

    ”Menjaga anak terhadap realita kehidupan yang nyata, membuat dia kehilangan kesempatan untuk merasakan kegagalan atau mempelajari kesalahan, maupun mengambil kesempatan yang mungkin datang di lain waktu,” ujar Richard.

    Biarkan saja anak merasakan pahitnya kegagalan, dan di lain waktu menikmati manisnya keberhasilan dan kerja keras. Dengan begitu, dia baru merasakan warna-warna kehidupan dan menarik hikmah dari pengalamannya. Nah,hal yang kecil diributkan, sementara justru masalah besar yang perlu mendapat perhatian lebih sering diabaikan. Jika mencurigai anak menggunakan narkoba atau menyentuh minuman keras, Anda jangan menutup mata dan berpikir ”ah anak saya tidak mungkin berbuat itu. Dia anak baik kok,”. Penyangkalan semacam ini bisa jadi membuat anak malah makin tidak terkontrol dan terjerumus lebih dalam lagi.

    ”Orangtua harus sigap bertindak manakala mereka mencurigai anaknya melakukan tindakan menyimpang,” tutur Amelia M Arria PhDhD,Direktur Pusat Kesehatan dan Perkembangan Remaja pada Universitas Maryland, Sekolah Kesehatan Masyarakat.

    Rentang usia antara 13–18 tahun merupakan waktu yang tepat bagi orangtua untuk terus mengikuti perkembangan anak. Hal ini tentunya dilandasi pada pengalaman orang tua sendiri sewaktu muda dahulu.

    ”Hanya, risiko anak zaman kini lebih besar dibandingkan zaman dulu,” katanya.

    Narkotik tersedia dalam jumlah dan jenis yang lebih banyak sekarang, termasuk obat-obatan baik yang legal ataupun ilegal. Ambil contoh obat batuk dengan kandungan DXM (dextromethorphan). Obat ini telah menjadi pilihan obat baru bagi remaja dan mudah didapat. Penelitian menunjukkan, antara 7–10 persen remaja di Amerika Serikat dilaporkan menggunakan obat ini untuk ”fly”. Meski aman dikonsumsi sesuai petunjuk yang berlaku, DXM dapat membuat orang bersangkutan berhalusinasi jika dikonsumsi secara berlebihan, serta membuat jantung berdebar kencang, tidak sadarkan diri, sakit perut, hingga muntah.

    Amelia menyarankan orangtua untuk selalu mengawasi perubahan dalam diri anak, seperti penampilan, prestasi, kinerja, dan teman sepermainan yang baru. Dan jika suatu saat menemui botol obat batuk di tasnya, ataupun pil, pipa kecil, atau korek api, maka bertindaklah karena bisa saja dia terlibat dalam obat-obatan terlarang.
    somber : okezone
    Baca Selengkapnya - Orangtua & Anak, Jalin Komunikasi Seperti Teman

    Mushaf Utsmani



    Baca Selengkapnya - Mushaf Utsmani

    Pencatatan Al-Qur’an di Masa Utsman bin Affan (Bag. III)

    Keharusan Pencatatan Al-Qur’an di Era Ustman
    Setelah Abu bakar wafat, kemudian pemerintahan diteruskan oleh Umar bin Khattab, yang memerintah selama 10 tahun. Wilayah kekuasaan Islam dibawah pimpinan Umar bin Khattab semakin luas, termasuk daerah non Arab.
    Khalifah Umar wafat pada tahun 23 hijri, kemudian digantikan oleh Ustman sebagai penganti Umar bin Khattab dan tercatat sebagai khalifah ke 3 setelah wafatnya Rasulullah Saw.

    Meluasnya Daerah Kekuasaan Islam
    Dalam masa pemerintahan Ustman bin Affan, terdapat beberapa masalah pelik yang harus segera dituntaskan, termasuk diantaranya pencatatan ulang Al-Qur’an untuk kedua kalinya.
    Meluasnya wilayah di bawah pimpinan Khlaifah Umar sebelumnya memberi peluang kepada para sahabat untuk berbondong-bondong mendatangi daerah penaklukan untuk memgajarkan Islam dan membaca Al-Qur’an. Ataupun banyak diutus seorang pengajar ke daerah baru di wilayah Islam baik ketika di bawah pimpinan Khalifah Umar maupun di bawah pemerintahan Ustman bin Affan.
    Ada akibat lain yang ditimbulkan dari pengajaran baik oleh sebagian sahabat maupun pengajar lainnya, yaitu berbedanya cara membaca Qur’an ( Qira’ah; Al-Qur’an memiliki ragam membacanya yang disebut dengan Qira’ah Sab;ah, Qira’ah tujuh. Pen. ada pembahasan tersendiri).
    Sehingga pada akhirnya ejekan itu semakin meruncing dan tidak jarang saling meng-kafirkan satu sama lainnya.
    Akibatnya sering terjadi perselihan antara murid seseorang dengan murid lainnya karena masing-masing berbeda dalam membaca Al-Qur’an.
    Sebenarnya para sahabat sendiri yang melihat langsung Nabi baik cara membacanya maupun meyaksikan twahyu, sudah biasa dan mengerti bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf (tujuh macam qira’ah) dan mereka menegerti bahwa semuanya bersumber dari ajaran Nabi sendiri, Sehingga tidak ada perselisihan diantara mereka mengenai keragaman bacaan Qur’an ini.
    Namun ketika meluasnya daerah Islam, diantaranya ditataklukannya Armenis dan Azerbijan (Asia Tengah), dan mulainya bangsa Ajam (non Arab) memeluk Islam. Timbulah masalah baru, bahwa mereka adalah generasi yang tidak pernah bertemu dengan Nabi. Dan ketika mereka belajar Qur’an mereka menganggap bahwa bacaan Qur’an itu hanya satu. Akibatnya ketika mereka menemui bacaan berbeda selain dari yang mereka pelajari, timbulah perbedaan pendapat. Karena masing-masing pihak menganggap bahwa bacaanya lah yang paling benar. Tidak jarang mereka saling mengkafirkan dan tidak sedikit berujung pada pertengkaran.

    Keprihatinan Para Sahabat
    Hudzaifah Bin Yaman salah seorang sahabat yang ikut menaklukan Armenia dan Azaerbijan sangat perihatin melihat pertengkaran disebabkan adanya perbedaan membaca Qur’an. Keprihatinannya ini timbul setelah inpeksi mendadak ke dua daerah ini. Bukan hanya ia yang merasa miris melihat fenomena ini, bahkan sahabat lainnya sangat sedih. Dimana antara sahabat dengan sahabat lainnya, yang nota bene murid-murid Rasulullah, sangat menghormati perbedaan pendapat. Namun demikian perbedaan pendapat ini tidak pernah membuat mereka saling bermusuhan apalagi saling mengkafirkan.
    Setelah melihat kenyataan di lapangan bahwa banyak terjadi pertikaian disebabkan masalah sepele, yaitu perbedaan bacaan Qur’an, Hudzaifah langsung menghadap khalifah untuk segera melapor apa yang menjadi temuannya di lapangan.
    Setelah adanya musyawarah antara khalifah dan sahabat lainnya, maka sang khalifah mengeluarkan KEPKHA (keputusan Khalifah), bahwa keharusan penyalinan ulang lembaran-lembaran yang sudah ada , yaitu Mushaf Abu Bakar dengan menyempurnakan bacaan pada satu huruf saja (satu qira’ah saja).
    Dengan demikian mulailah pencatatan Al-Qur’an untuk kedua kalinya di era pemerintahan Utsman bin Affan.

    Pembentukan Komite
    Keputusan khalifah Utsman disepakati oleh para sahabat, yang inti kesepakatan ini adalah membukukan mushaf baru dari contoh mushaf yang ada, kemudian tulisan (khat/rasm) ini mencakup tujuh bacaan Qur’an namun penulisannya hanya menggunakan satu bentuk bacaan saja. Mushaf ini tidak saja dibukukan dalam satu buku, namun beberapa buah yang akan disebar ke setiap daerah untuk menseragamkan bacaan. Mushaf ini kemudian dikenal dengan nama Mushaf Imam.
    Dibentuklah sebuah tim beranggotakan 12 orang yang berasal dari dua golongan, yaitu dari kalangan Quraisy, yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dan dari kalangan Anshar, yaitu Ubay bin Ka’ab.
    Dalam satu riwayat hanya terdapat 9 nama dalam tim yang berjumlah 12 orang yaitu:
    1. Zaid bin Tsabit
    2. Abdullah ibn Zubair
    3. Sa’id ibn Ash
    4. Abdurahman ibn Harits ibn Hisyam
    5. Ubay ibn Ka’ab
    6. Anas ibn Malik
    7. Abdullah Ibn Abbas
    8. Malik Ibn Abi ‘Amir
    9. Katsir Ibn Aflah


    Metode Dalam Pembukuan Al-Qur’an
    Ada beberapa metode yang ditempuh dalam pembukuan Al-Qur’an oleh Ustman bin Affan, yaitu:
  • Berpegang teguh pada mushaf Qur’an yang sudah ada, yaitu Mushaf Abu Bakar yang tersimpan di Hafsah, puteri Umar bin Khattab. Pedoman Ustman ini sangat beralasan karena tulisan dalam Mushaf Abu Bakar berasal dari catatan sahabat yang ditulis ketika Rasulullah masih hidup begitu pula berasal dari hafalan para sahabat. Dengan demikian jelas sekali bahwa mushaf Utsman nantinya sama seperti yang terdapat dalam mushaf Abu Bakar dan begitu pula mushaf Abu Bakar sama seperti yang tertulis dalam mushaf Ustman. Pedoman ini tidak memungkinkan adanya anggapan bahwa mushaf Ustman itu akan berbeda seperti yang terdapat dalam mushaf Abu Bakar.

  • Pembukuan Al-Qur’an ini adalah proyek Negara karena perintah langsung khalifah. Anggota tim nya pun melibatkan kalangan Qurasiy dan Anshar yang berjumlah 12 orang yang diangkat langsung oleh khalifah. Berbeda dengan pencatatan Qur’an di era Abu Bakar yang merupakan perintah pribadi dan bukan proyek Negara meskipun dalam pencatatanya sangat ketat dan teliti

  • Utsman pun memerintahkan agar orang-orang yang mempunyai catatan Qur’an, hafalan atau apa saja yang memudahkan proses pencatatan Qur’an ini agar segera diserahkan kepada tim untuk diproses dan di teliti

  • Ketika ada perbedaan dalam dialek, maka diharuskan menggunakan dialek Quraisy.
    Tidak ditulis ayat-ayat yang telah dihapus bacaannya (mansukh), qira’ah yang berasal dari riwayat Ahad, footnote yang tertulis di beberapa catatan Qur’an milik Sahabat dan lain sebagainnya.

  • Mushaf ini harus mencakup semua bacaan (qira'ah) Al-Qur'an dengan cara sebagai berikut:
    Ketika menuliskan satu huruf yang bisa dibaca beberapa qira'ah yang mutawatir, maka huruf ini hanya ditulis satu macam saja. Seperti dalam Surat Al-Baqarah ayat 259 yang berbunyi:
    KAIFA NUNGSYIZUHA...
    Huruf ZI..oleh Abu Ja'far, Nafi', Ibnu Katsir, Abu :amir dan Ya'qub dibaca..NUNGSYIRUHA..dengan huruf RO..

    Dan contoh lainya. (Contoh-contoh seharusnya menggunakan huruf Qur'an agar lebih jelas)


    Sumber : Belajar Ilmu Al-Qur'an
    Baca Selengkapnya - Pencatatan Al-Qur’an di Masa Utsman bin Affan (Bag. III)

    Pengumpulan Al-Qur’an di Era Abu Bakar (Bagian II)

    Ada beberapa sebab yang mengharuskan keharusan pengumpulan Al-Qur’an di masa pemerintahan ABu Bakar ra antara lain:

  • Wafatnya Nabi Saw
    Pengumpulan Al-Qur’an di era kenabian belum dirasa perlu mengingat Nabi masih hidup dan ada di tengah sahabat. Sehingga setiap ada permasalahan para sahabat langsung bertanya kepada Nabi Saw. Begitu pula Nabi yang ketika itu masih terus menerima wahyu dan langsung menyampaikannya kepada sahabat. Dengan kapasitas beliau yang juga bertugas sebagai kepala Negara, banyak hukum-hukum (hadist-hadist) yang beliau perintahkan. Sehingga pengumpulan Qur’an setelah wafatnya beliau menjadi prioritas utama di era pemerintahan Abu Bakar.

  • Wahyu Tidak Turun Lagi
    Sebab utama Al-Qur’an belum disatukan menjadi satu buku utuh di masa Nabi, disebabkan wahyu belum terputus. Dan belum merasa perlu dibukukan menginggat wahyu belum seluruhnya turun.
    Namun ketika wafat, otomatis wahyu telah sempurna diturunkan dan Nabipun telah memberi arahan sebelumnya dari mulai penempatan surat-surat atau ayat-ayat. Maka keharusan mengumpulkan wahyu dalam satu buku harus segera dilakukan agar umat berikutnya, yang tidak menyaksikan wahyu terhindar dari kekeliruan.

  • Banyak Para Qari (Hufaz/Penghafal Qur’an) Yang Wafat
    Terjadinya perang Yamamah ( 11 H) yang banyak merenggut nyawa para Qari ini menjadi sebab pula keharusan pembentukan komisi pengumpul Al-Qur’an secepat mungkin. Karena pembukuan A-Qur’an ini harus didasarkan pada hafalan dan naskah-naskah (manuskrip) di beberapa catatan sahabat.
    Umar bin Khatab ra ketika itu sangat kuatir melihat kenyataan ini, lalu ia menghadap Abu Bakar ra. dan mengajukan usul kepadanya agar mengumpulkan dan membukukan Al-Qur’an karena dikhawatirkan akan musnah, sebab peperangan Yamamah telah banyak membunuh para qari’.
    Setelah berdiskusi panjang antara Abu Bakar dan Umar bin Khatab, akhirnya Abu Bakar menerima pandangan Umar. Dan setuju untuk membetuk tim penyusunan Al-Qur’an dan memilih Zain bin Tsabit sebagai kepala tim.


  • Sebab Terpilihnya Zaid Sebagai Kepala Tim

  • Ia masih muda dan penuh semangat sedangkan pengumpulan Al-Qur’an adalah pekerjaan berat. Yang memerlukan tenaga dari kalangan muda dengan disiplin tinggidan etos kerja yang baik. Dan tampaknya Zaid pantas menduduki jabatam ketua tim selain Ia dikenal cerdas, pintar dan jenius.

  • Ia pun dikenal sebagai pemuda yang taat, baik agamanya, amanah, professional, wara, tidak memetingkan karir politik ataupun tidak karena dunia

  • Ia dikenal pula sebagai salah seorang pencatat wahyu di masa Nabi Saw, bahkan beliau sendiri mendiktekan wahyu itu yang ditulis sendiri oleh Zaid bin Tsabit. Selain ia seorang hafiz dan menyaksikan sendiri wahyu terakhir. Sehingga Abu Bakar menjatuhkan pilihan kepala tim pengumpul Qur’an dipundak Zaid bin Tsabit.


  • Metode Pengumpulan Al-Qur’an di Masa Abu Bakar

    Setelah tim pengumpulan Qur’an dibentuk dengan Zaid sebagai ketua tim dibantu 25 orang sahabat lainnya, maka bekerjalah tim ini dengan menggunakan metode yaitu:

  • Semua sahabat baik yang pernah menulis secara pribadi harus diserahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk diteliti lebih lanjut

  • Penyerahan buku catatan Al-Qur’an yang dimiliki sahabat ketika diserahkan diharuskan memiliki 2 saksi yang bersumpah bahwa memang catatan sahabat itu adalah Al-Qur’an. Bukti pertama adalah naskah tertulis itua adalah Qur’an, bukti kedua adalah hafalan Qur’an dengan saksi sahabat lainnya bahwa ia telah mendengarnya dari Nabi Saw.


  • Zaid sangat berhati-hati dalamm tugasnya seperti yang diceritakan dalam satu riwayat:
    Dan aku dapatkan akhir surah At-Taubah pada Abu Khuzaimah Al-Anshari yang tidak aku dapatkan pada orang lain”,
    Riwayat ini tidak menghilangkan arti hati-hati dan tidak pula berarti bahwa akhir surah At-Taubah itu tidak mutawatir. Tetapi yang dimaksud ialah bahwa ia tidak mendapat akhir surah Taubah tersebut dalam keadaan tertulis selain pada Abu Khuzaimah. Sedangkan Zaid sendiri hafal dan demikian pula banyak diantara para sahabat yang menghafalnya.
    Perkataan itu lahir karena Zaid berpegang pada hafalan dan tulisan, jadi akhir surah Taubah itu telah dihafal oleh banyak sahabat. Dan mereka menyaksikan ayat tersebut dicatat. Tetapi catatannya hanya terdapat pada Abu Khuzaimah al-Ansari.

    Nasib Mushaf Abu Bakar
    Setelah Zaid mengumpulkan naskah-naskah dan hafalan sahabat yang telah diseleksi ketat, ia mengumpulan setiap surat yang sudah sempurna dalam kotak kulit yang disebut Rab’ah. Setelah semuanya selesai catatan itu diserahkan kepada Abu Bakar.
    Setelah Abu Bakar wafat, catatan Al-Qur’an ini berpindah ke tangan Umar bin Khattab. Setelah Umar bin Khattab wafat, catatan Qur’an ini disimpan putrinya Hafsah.
    Ketika pembukuan Al-Qur’an di masa Utsman, buku ini dipinjam Utsman dari Hafsah untuk mencocokan isinya dan mengembalikannya kembali ke tangan Hafsah ketika selesai. Ketika Hafsah wafat, Marwan, yang ketika menjabat Gubernur di Madinah dari dinasti Muawiyah, mengambilnya dan memusnahkannya.

    Keistimewaan Mushaf Abu Bakar
  • Mushaf ini disusun dengan sangat teliti dengan syarat yang ketat sehingga terhindar dari kekeliruan, kesalahan tulis, perubahan meskipun hanya satu huruf dan lainnya.

  • Para sahabat dengan suara aklamasi menyepakati mushaf itu dan kesepakatan dianggap suara umat karena merekalah (para sahabat) yang sangat mengetahui wahyu dibanding generasi sesudahnya.

  • Kesepakatan para sahabat ini atas mushaf yang telah disusun adalah mutawatir karena jumlah sahabat secara keseluruhan yang menyepakati kebenaran mushaf ini melebihi syarat mutawatir.

  • Mushaf ini hanya mengatur letak ayat-ayat saja, namun surat-surat masih disusun berdasarkan wahyu (urutan surat masih berbeda dengan Qur’an pada saat ini


  • Catatan Tambahan
    Istilah Mushaf barulah munculah setelah di masa Abu Bakar, yaitu setelah selesai penulisan Al-Qur'an. Meskipun saat itu terdapat Mushaf yang dimiliki oleh Ali Bin Abi Thalib, Mushaf Ubay bin Ka'ab, Mushaf Ibn Mas'ud. Namun Mushaf mereka hanya ditulis secara pribadi. Sedangkan Mushaf Abu Bakar diisusun oleh sebuah tim, ditulis dengan cermat, teliti dan hati-hati. Karena besarnya manfaat apa yang dikerjakan ABu Bakar ini, Ali Bin Abi Thalib memujinya:
    " Semoga Allah melimpahkan RahmatNya kepada Abu Bakar. Dialah orang pertama yamg mengumpulkan Kitab Allah."


    Sumber : Belajar Ilmu Al-Qur'an
    Baca Selengkapnya - Pengumpulan Al-Qur’an di Era Abu Bakar (Bagian II)

    Sejarah Pembukuan Al-Qur’an (Bag. I)

    Pengumpulan Al-Qur’an dalam satu mushaf setidaknya memiliki tiga fase, yaitu penulisan Al-Qur;an yaitu:

  • Pencatatan Al-Qur'an di masa Nabi

  • Pengumpulan Al-Qur’an di masa Abu Bakar

  • Di masa Ustman bin Affan dalam satu mushaf


  • Al-Qur’an atau tulisan Al-Qur’an ketika itu tidaklah memiliki titik ( huruf Ba misalnya tidak ada titik dibawahnya dan begitu pula tidak memiliki syakal:dhommah, fathah dan kasroh). Al-Qur’an yang yang ada pada kita sekarang ini dengan huruf-huruf yang sudah ada titik ataupun sudah diberi harakat tentulah sudah mengalami beberapa fase. Dan tentunya juhud (kesungguhan) para sahabat, tabi’in dan ulama sesudahnya patut diacungin jempol. Karena dari merekalah warisan Al-Qur’an tetap terjaga, mereka memegang amanah dan bahkan sangat memudahkan kita saat ini untuk membaca dan memperolehnya di mana saja
    .
    Penulisan Al-Quran pada Era Rasulullah Saw
    Pengumpulan Al-Qur’an pada zaman Rasulullah Saw dilakuakan dengan dua cara yaitu:

  • Menghafalnya ( Jam'u fis Sudur)
    Para sahabat langsung menghafalnya setiap kali Rasulullah Saw menerima wahyu. Hal ini bisa dilakukan oleh mereka dengan mudah terkait dengan kultur (budaya) orang arab yang menjaga Turast (peninggalan nenek moyang mereka diantaranya berupa syair atau cerita) dengan media hafalan dan mereka sangat terkenal daya hafalannya

  • Mencatat (Jam'u fis Suthur)
    Setiap turun wahyu kepada Nabi, beliau selalu membacakannya kepada para sahabat dan menyuruh mereka untuk menuliskannya sembari melarang para sahabat untuk menulis hadis-hadis beliau karena khawatir akan bercampur dengan Al-Qur’an.


  • Bentuk Catatan Al-Qur’an Di Masa Rasulullah Saw
    Biasanya sahabat menuliskan Al-Qur’an pada media yang terdapat pada waktu itu berupa Riqa' (kulit binatang), Likhaf (lempengan batu), Aktaf (tulang binatang), `Usbu ( pelepah kurma). Sedangkan jumlah sahabat yang menulis Al-Qur’an waktu itu mencapai 40 orang. Adapun hadis yang menguatkan bahwa penulisan Al-Qur’an telah terjadi pada masa Rasulullah Saw adalah hadis yang di diriwaytkan al-Hakim dari Anas ra., ia berkata: “Suatu saat kita bersama Rasulullah Saw. dan kita menulis Al-Qur’an (mengumpulkan) pada kulit binatang. "

    Dari kebiasaan menulis Al-Qur’an ini menyebabkan banyaknya naskah-naskah (manuskrip) yang dimiliki oleh masing-masing penulis wahyu, diantaranya yang terkenal adalah: Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Salin bin Ma'qal

    Adapun hal-hal yang lain yang bisa menguatkan bahwa telah terjadi penulisan Al-Qur’an pada waktu itu adalah Rasulullah Saw melarang membawa tulisan Al-Qur’an ke wilayah musuh. Rasulullah Saw bersabda: Jangan kalian awa catatan Al-Qur’an kewilayah musuh, karena aku merasa tidak aman (khawatir) apabila catatan Al-Qur’an tersebut jatuh ke tangan mereka.”

    Kisah masuk islamnya sahabat `Umar bin Khattab ra. yang disebutkan dalam buku-bukus sejarah bahwa waktu itu `Umar mendengar saudara perempuannya yang bernama Fatimah sedang membaca awal surah Thaha dari sebuah catatan (manuskrip) Al-Qur’an kemudian `Umar mendengar, meraihnya kemudian memba-canya, inilah yang menjadi sebab ia mendapat hidayah dari Allah sehingga ia masuk islam.

    Sepanjang hidup Rasulullah Saw Al-Qur’an selalu ditulis bilamana beliau mendapat wahyu karena Al-Qur’an diturunkan tidak secara sekaligus tetapi secara bertahap.

    Sumber : Belajar Ilmu Al-Qur'an
    Baca Selengkapnya - Sejarah Pembukuan Al-Qur’an (Bag. I)

    Para Penulis Al-Qur'an di Masa Nabi Saw

    Para Penulis Wahyu di Periode Mekkah
    Diantara para penulisa Al-Qur’an di masa Nabi Saw sekaligus sebagai sekertaris Nabi adalah:
    Abdullah bin Sa'd bin Abi Sharh dan Khalid bin Sa'id bin 'Ash yang pernah mengatakan: Sayalah orang pertama yang menuliskan BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM. Al-Kattani menceritakan bahwa saat Rafi' bin Malik Al-Anshari ra ikut dalam bai'at Aqabah, maka Nabi Saw menyerahkan semua ayat-ayat yang telah diturunkan, dan saat kembali ke Madinah Rafi' mengumpulkan semua anggota sukunya dan membacakan ayat-ayat tersebut di depan mereka

    Penulis Wahyu Periode Madinah
    Dalam periode ini tercatat sekurangnya 60 sahabat pencatat Al-Qur'an. Diantaranya:Abubakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin 'Affan, Ali bin Abi Thalib, 'Abban bin Sa'id, Abu Umamah Al-Bahili, Abu Ayyub Al-Anshari, Abu Salamah, Ubayy bin Ka'ab, Al-Arqam bin Abil Arqam, Usaid bin Hudhair, Tsabbit bin Qays, Ja'far bin Abi Thalib, Jahm bin Sa'ad, Hathib bin Abi Baltha'ah, Hudzaifah Ibnil Yaman, Hanzhalah, Khalid bin Sa'id, Zubair bin Awwam, Zaid bin Tsabbit, Sa'ad Ibnu Rabi', Sa'ad bin Ubadah, Syurahbil bin Hasna, Amir bin Fuhaira', AbduLLAH bin Rawahah, AbdullAH bin 'Amr bin 'Ash, Amr bin Ash, Muhammad bin Maslamah, Mu'adz bin Jabal, Mu'awiyyah bin Abi Sufyan, dan lain-lain.

    Metode Pencatatan Wahyu Periode Madinah
    Setiap wahyu yang turun, Nabi memanggil para kuttab (penulis/sekertaris) beliau untuk mencatat wahyu tersebut. Seperti yang diceritakan Zaid bin Tsabbit bahwa ia sering dipanggil oleh Nabi jika ada wahyu turun

    Cara Penulisan Wahyu di Kalangan Sahabat
    Para sahabat di era Kenabian yang telah pandai membaca & menulis sangat gemar menulis Al-Qur'an, sampai-sampai nabi SAW melarang mereka selain Al-Qur'an & memerintahkan mereka menghapusnya (catatan hadist). Karena Nabi Saw tidak mau jika ada yang menulis Al-Qur’an dan hadist dalam satu catatan karena ditakutkan tercampur antara Al-Qur’an dengan hadist. Demikian tinggi semangat para sahabat ra dalam menuliskan Al-Qur'an sehingga mereka yang buta huruf hadir juga di mesjid membawa tinta & kulit lalu meminta orang lain untuk menuliskan untuk mereka.

    Pelajaran Yang Dapat Dipetik
    Demikian tinggi kecintaan sahabat kepada Al-Qur’an dan Ilmu pengetahuan Islam. Mereka sampai menuliskannya pada lembaran kulit. Kayu dan kertas meskipun kertas itu sendiri di masa itu sangat sulit di dapat. Bahkan yang buta huruf sekalipun sampai sampai memaksakan diri menulisnya meskipun meminta orang lain untuk menulisnya.
    Pantaslah mereka mendapat pangkat terhormat di sisi Allah Swt karena memuliakan Al-Qur’an dan menjunjung tinggi Ilmu Islam. Mengamalkan Al-Qur’an sendiri adalah akktifitas yang akan berlanjut setelah seseorang mencintai Al-Qur’an setelah mempelajarinya.

    Sumber : Belajar Ilmu Al-Qur'an
    Baca Selengkapnya - Para Penulis Al-Qur'an di Masa Nabi Saw

    Al-Quran Online

    Terima Kasih Atas Kunjungan Anda di Blog TK 'AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 41 GRESIK