Manfaat Menyusui

1. Manfaat bagi Bayi:

Komposisi sesuai kebutuhan . Air susu setiap spesies makhluk hidup yang menyusui itu berbeda-beda sesuai dengan laju pertumbuhan dan kebiasaan menyusu anaknya. Jadi, ASI memang dirancang sedemikan rupa untuk bayi manusia.

Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan . Dengan manajemen laktasi yang baik, produksi ASI cukup sebagai makanan tunggal untuk pertumbuhan bayi normal sampai usia enam bulan.

ASI mengandung zat pelindung . Antibodi (zat kekebalan tubuh) yang terkandung dalam ASI akan memberikan perlindungan alami bagi bayi baru lahir. Antibodi dalam ASI ini belum bisa ditiru pada susu formula.

Perkembangan psikomotorik lebih cepat . Berdasarkan penelitian, bayi yang mendapat ASI bisa berjalan dua bulan lebih cepat bila dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.

Menunjang perkembangan kognitif . Daya ingat dan kemampuan bahasa bayi yang mendapat ASI lebih tinggi bila dibandingkan bayi yang diberi susu formula.

Menunjang perkembangan penglihatan . Hal ini antara lain karena ASI mengandung asam lemak omega 3.

Memperkuat ikatan batin ibu-anak . Rasa aman dalam diri bayi akan tumbuh saat ia berada dalam dekapan ibunya. Ia menikmati sentuhan kulit yang lembut dan mendengar bunyi jantung sang ibu seperti yang telah dikenalnya selama dalam kehamilan.

Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat . Melalui proses menyusui, anak akan belajar berbagi dan memberikan kasih sayang pada orang-orang di sekitarnya.

Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri . Terjalinnya komunikasi langsung antara ibu dan bayinya selama proses menyusui akan meningkatkan kelekatan di antara mereka. Rasa lekat dan percaya bahwa ada seseorang yang selalu ada apabila dibutuhkan lambat laun akan berkembang menjadi percaya pada diri sendiri.


2. Manfaat bagi Ibu:

Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula . Hal ini karena hormon progesteron yang merangsang kontraksi otot-otot di saluran ASI sehingga ASI terperah keluar juga akan merangsang kontraksi rahim. Jadi, susuilah bayi segera setelah lahir, agar tidak terjadi perdarahan pasca persalinan dan proses pengerutan rahim berlangsung lebih cepat.

Mencegah anemia defisiensi zat besi . Bila perdarahan pasca persalinan tidak terjadi atau berhenti lebih cepat, maka risiko kekurangan darah yang menyebabkan anemia pada ibu akan berkurang.

Mempercepat ibu kembali ke berat sebelum hamil . Dengan menyusui, cadangan lemak dalam tubuh ibu yang memang disiapkan sebagai sumber energi selama kehamilan untuk digunakan sebagai energi pembentuk ASI akan menyusut. Penurunan berat badan ibu pun akan terjadi lebih cepat.

Menunda kesuburan . Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara mencegah kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: bayi belum diberi makanan lain; bayi belum berusia enam bulan; dan ibu belum haid.

Menimbulkan perasaan dibutuhkan . Rasa bangga dan bahagia karena dapat memberikan sesuatu dari dirinya demi kebaikan bayinya akan memperkuat hubungan batin antara ibu dan bayinya.

Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium . Penelitian membuktikan bahwa ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil bila dibandingkan ibu yang tidak menyusui secara eksklusif.


3. Manfaat bagi Keluarga:

Mudah pemberian . ASI selalu tersedia dalam suhu yang sesuai, dan dapat diberikan kapan saja saat bayi merasa lapar.

Mengurangi biaya rumah tangga . ASI tidak perlu dibeli, seperti halnya susu formula. Uang untuk membeli susu bisa dialihkan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga yang lain.

Mengurangi biaya pengobatan . Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.


4. Manfaat bagi Negara:

Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan . Angka kematian dan kesakitan bayi yang mendapat ASI akan berkurang. Selain itu, dengan tertundanya masa suibur ibu, penggunaan obat/alat KB dapat dihemat untuk beberapa bulan.

Penghematan devisa untuk pembelian susu formula dan perlengkapan menyusu . Pemerintah dapat menghemat biaya pengeluaran untuk membeli susu formula, botol, dot, dan bahan bakar minyak/gas yang diperlukan dalam mempersiapkan air panas untuk membuat susu formula.

Mengurangi polusi . Pemberian ASI tidak akan menyebabkan terjadinya tumpukan kaleng/karton susu dan pencemaran udara.

Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas . Anak yang jarang sakit dan tumbuh-kembang dengan optimal akan tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berpotensi sebagai SDM yang berkualitas.



Dewi Handajani

Konsultasi ilmiah: Prof. dr. Rulina Suradi, Sp.A(K), IBCLC, Divisi Perinatologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

sumber : creasoft

Baca Selengkapnya - Manfaat Menyusui

Menyusui, Meningkatkan Ikatan Ibu dan Anak





Setiap ibu tentu ingin memiliki hubungan yang dekat dan akrab dengan bayinya. Ikatan yang kuat antara ibu dan anak ini kelak akan berpengaruh pada rasa percaya diri anak. Rahasia ikatan yang paling efektif menurut para ahli adalah dengan menyusui si buah hati.

Memberikan air susu ibu (ASI), selain memberikan nutrisi terbaik bagi bayi, juga meningkatkan ikatan antara ibu dan anak dibanding ibu yang memberi susu formula kepada anaknya. Penelitian juga menunjukkan bahwa ibu yang memberi ASI memiliki respons otak paling kuat ketika mendengar bayinya menangis.

Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang digelar tim dari Child Study Center, Universitas Yale, Amerika. Mereka membagi para ibu menjadi dua kelompok. Sebanyak 9 orang menyusui bayinya, sedangkan 8 ibu memberi susu formula. Para ibu itu kemudian melakukan tes MRI satu bulan setelah bayi lahir.

Ketika para ibu itu sedang melakukan tes MRI, mereka diperdengarkan dua rekaman suara tangis bayi, yakni tangisan bayi mereka sendiri dan tangisan bayi orang lain. Seluruh otak para ibu lebih aktif saat mendengar suara tangisan bayi mereka. Namun, respons otak paling kuat terlihat pada ibu-ibu yang memberi ASI.

Pilyoung Kim, psikolog perkembangan dari Universitas Yale, menjelaskan, ada banyak faktor yang berperan pada tingginya sensitivitas otak ibu menyusui. "Bukan cuma kerena memberi ASI, melainkan juga karena kadar hormon dan pengalaman personal lain," katanya.

Kadar hormon, misalnya, sangat bervariasi antara ibu yang memberi ASI dan tidak. Oksitosin, si hormon cinta yang membantu ikatan emosional antara ibu dan anak, akan dilepaskan secara alami ketika seorang ibu menyusui bayinya.

Kendati demikian, menurut Kim, aspek psikologi juga mungkin berperan. "Ibu yang memutuskan memberi ASI merefleksikan kecenderungan untuk lebih berempati kepada bayi mereka. Tekad untuk memberi ASI sejak bayi dalam kandungan juga meningkatkan ikatan antara ibu dan anak," katanya.



kompas.com

Baca Selengkapnya - Menyusui, Meningkatkan Ikatan Ibu dan Anak

Alasan Anak Harus Stop Facebook-an




JAKARTA,
Demam jejaring sosial Facebook saat ini memang bukan hanya melanda orang dewasa. Tak jarang kita jumpai, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) pun sudah sangat paham menggunakan situs pertemanan di dunia maya tersebut.

Melihat fenomena ini, psikolog anak Dra Rose Mini, MSi mengaku prihatin. Ia menilai, Facebook sebenarnya bukanlah untuk konsumsi anak-anak. Pasalnya, ada ketentuan-ketentuan tertentu yang tidak memperbolehkan seorang anak mengakses situs yang sangat populer itu.

"Facebook bukan konsumsi anak SD. Dalam ketentuan, Facebook harus 17 tahun ke atas," tegas wanita yang akrab dipanggil Bunda Romi ini saat ditemui dalam seminar "Aku Anak Sehat" di Jakarta, Kamis, (5/5/2011).

Dia juga menyayangkan, banyak orangtua yang justru membuat akun Facebook untuk anak mereka. "Saya heran kenapa orangtua ijinin. Sebenarnya nggak pake Facebook bisa hidup kok," lanjutnya.

Menurut Rose, seorang anak di usianya yang masih sangat belia seharusnya mendapatkan pengajaran dan pengalaman bagaimana cara berteman dalam bentuk nyata, bukan malah berteman dalam dunia maya.

"Si anak harus belajar bagaimana bisa mengambil hati temannya, berinteraksi dengan teman, itu harus dipelajari dalam bentuk nyata, nggak bisa dalam dunia maya," tambahnya.

Bunda Romi mengungkapkan, salah satu alasan mengapa dirinya melarang anak-anak menggunakan Facebook adalah karena kondisi jiwa anak yang belum stabil, terutama dalam mengontrol statement(pernyataan).

Dalam Facebook, setiap ungkapan, baik berupa status maupun pesan, dapat disampaikan melalui teks ataupun gambar secara bebas sehingga rentan menimbulkan kesalahpahaman. Komentar ataupun pernyataan sangat berpotensi memicu konflik dan memengaruhi kejiwaan anak.

"Ada beberapa kasus, ini anak mencela temannya, si anak yang dicela sakit hati, lalu mengadu ke orangtuanya. Akhirnya perang di Facebook. Tapi bukan anak lagi yang perang, tapi orangtua sama orangtua," jelas wanita yang juga berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas negeri di Jakarta tersebut.

Lebih lanjut, Bunda Romi mengingatkan, apa yang dikonsumsi untuk khalayak umum atau publik harus ada batasannya. Oleh sebab itu, dia mengimbau anak-anak yang belum menginjak usia 17 tahun tidak menggunakan fasilitas jejaring sosial
.


kompas.com

Baca Selengkapnya - Alasan Anak Harus Stop Facebook-an

Film 'SI ANAK KAMPUNG' Cegah Ekstrimisme

Film berjudul SI ANAK KAMPUNG garapan sutradara muda Damien Dematra yang menceritakan biografi dan kisah hidup Buya Syafii, bertujuan untuk menghentikan terorisme.

"Film ini merupakan salah satu alat komunikasi untuk menghentikan aksi terorisme," kata Damien pada acara Tadarus Kebangsaan Maarif Institute berjudul Pluralisme, FilmSI ANAK KAMPOENG, Dan Terorisme di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Jumat (4/9).

Ia mengatakan, melalui film tersebut dirinya ingin menyampaikan bahwa akan selalu ada harapan untuk anak bangsa (Indonesia) terkait aksi bom bunuh diri yang banyak dilakukan oleh anak muda.

Menurut dia, pengalaman konversi Buya Syafii dari seorang aktivis negara Islam menjadi seorang nasionalis beriman kuat sangat layak jadi cermin bagi siapa pun yang selama ini mengikuti jalan ekstrimisme dan terorisme.

"Hal tersebut merupakan sebuah pesan terbuka bahwa wajah Islam sangat toleran, santun, dan bersahabat," tegasnya.

Kepada kalangan perfilman, imbau sutradara muda yang perduli dengan persoalan toleransi dan pluralisme tersebut, dia meminta agar mengangkat isu mengenai terorisme tersebut ke dalam sebuah film.

Ia mengatakan, film SI ANAK KAMPUNG akan dibuat ke dalam sebuah trilogi yang menceritakan mengenai masa kecil Buya Syafii hingga ke titik konversi yang mendambakan negara Islam, sehingga akhirnya ia menjadi pejuang sejati.

Film pertamanya, katanya, akan dirilis pada bulan Maret 2010, kemudian disusul pada bulan Juni 2010 untuk film kedua. "Dan film terakhirnya akan di rilis pada bulan Desember 2010," lanjutnya.

berikut cuplikan video Kisah "Si Anak Kampoeng" Buya Syafii Maarif tokoh Muhammadyah




Baca Selengkapnya - Film 'SI ANAK KAMPUNG' Cegah Ekstrimisme

Tanamkan Karakter Anak secara Sederhana


Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting bagi dunia pendidikan nasional saat ini. Namun, bagaimana caranya menanamkan hal tersebut pada anak-anak didik di tengah dunia akademis yang saat ini "belum" dinomorsatukan?
Sekolah harus memerhatikan nilai-nilai akademis dan character building secara seimbang.
-- Elin Driana


"Jangan hanya nilai-nilai akademis, tetapi harus juga diajarkan dan dicontohkan kepada anak bahwa mencontek itu tidak baik. Ketika anak melakukan kesalahan, semestinya diperbaiki, bukan dengan cara ditegur atau dihukum," ujar Elin di Jakarta, Selasa (3/5/2011).Pemerhati pendidikan dari Education Forum, Elin Driana, mengatakan, salah satu caranya adalah menentukan sekolah yang tepat bagi anak. Tepat di sini, lanjut Elin, sekolah yang memerhatikan nilai-nilai akademis dan character building secara seimbang.

Elin mengatakan, hal tersebut dapat diajarkan secara sederhana, yakni dengan menanamkan nilai-nilai itu dalam kegiatan sehari-hari di lingkungan sekolah. Untuk itu, lanjutnya, pendidikan karakter tidak perlu dijadikan sebagai satu mata pelajaran khusus di sekolah.

"Semua bisa dimasukkan dalam nilai-nilai yang diajarkan di lingkungan sekolah. Contohnya, anak dapat diajarkan berdisiplin untuk tidak terlambat masuk sekolah, lalu berdisiplin dalam upacara bendera. Jadi, itu yang penting menurut saya, tidak harus dibuatkan mata pelajaran khusus," tuturnya.

Bermula di rumah

Selain menentukan sekolah yang tepat bagi anak, Elin menambahkan, penanaman pendidikan karakter sebaiknya dimulai dari rumah. Dalam hal ini, orangtua kembali mempunyai peran penting untuk membentuk karakter putra-putrinya.

"Kalau dari volumenya, anak itu paling banyak berada di rumah, karena dia (anak) juga, kan, darah daging orangtuanya," kata Elin.

Elin menuturkan, banyak hal dapat dilakukan orangtua untuk membangun karakter anaknya di rumah. Salah satunya membuat pola komunikasi yang baik dengan anak. Hal itu dimaksudkan agar hubungan anak dan orangtua dapat berjalan secara maksimal sehingga karakter anak dapat terlihat.

"Selain itu, bisa juga dengan cara memberikan kebebasan anak melakukan kegiatannya. Namun, kebebasan di sini dalam arti bahwa orangtua juga harus tetap memantau kegiatan-kegiatan mereka itu," pungkas Elin.


kompas.com

Baca Selengkapnya - Tanamkan Karakter Anak secara Sederhana

Mulailah Ajari Anak Berempati


Kesal melihat perilaku pejabat yang hobi melakukan studi banding ke luar negeri dengan biaya puluhan miliar rupiah, sementara di Tanah Air masih banyak rakyat sekarat hanya karena tak punya biaya untuk berobat? Atau, barangkali Anda pernah mengalami nyaris tertabrak mobil, tetapi pengemudi kendaraan itu malah melotot dan melengos pergi seolah-olah tidak bersalah?
Jika orang sudah bisa berempati, yang dipikirkannya bukan bagaimana mengambil manfaat dari orang lain, melainkan bagaimana mendatangkan manfaat untuk sekitarnya.
-- Jalaludin Rahmat


"Padahal, memiliki empati sangat penting untuk membentuk karakter manusia yang kuat. Empati adalah karakter paling utama. Bila sudah memiliki empati, kita jadi care kepada orang lain, tidak menyakiti orang lain, dan berusaha untuk tidak berbuat buruk," kata Prof Dr Jalaluddin Rahmat kepada Kompas.com, Kamis (5/5/2011).Tidak hanya itu karena masih banyak berita kekerasan di mana-mana. Kita pun jadi bertanya-tanya, mengapa sekarang rasa empati seolah telah menghilang. Padahal, dulu kita diajarkan untuk saling menghormati dan menolong sesama, berempati. Jangan-jangan sikap empati dan tenggang rasa tidak pernah jadi akar budaya bangsa kita.

Empati dalam kamus diartikan sebagai keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya, keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Jalaluddin menambahkan, rasa empati jika sudah tumbuh bisa menggerakkan orang lain melakukan hal yang sama.

"Dari empati juga akan dilahirkan kejujuran dalam menghadapi dilema moral," imbuhnya.

Menumbuhkan empati, menurut dia, seharusnya menjadi bagian dari pendidikan karakter di sekolah. Anak yang sudah memiliki empati akan memiliki misi dalam hidupnya.

"Jika orang sudah bisa berempati, yang dipikirkannya bukan bagaimana mengambil manfaat dari orang lain, melainkan bagaimana mendatangkan manfaat untuk sekitarnya," kata Jalaludin.

Ia menambahkan, empati akan memengaruhi etos kerja dan sikap seseorang. Kasus-kasus korupsi yang seolah menjadi "budaya" di negeri ini, lanjut Jalaluddin, tidak akan terjadi bila orang punya rasa empati.

Baca Selengkapnya - Mulailah Ajari Anak Berempati

Anak Sekarang Generasi yang Manja


Generasi anak zaman sekarang dinilai sebagai generasi yang manja. Mereka tidak pernah "diperkenalkan" pada penderitaan oleh orangtuanya. Mereka terlalu dimanja.

Orientasi agama itu jangan ke fikih, tapi lebih ke akhlak.

-- Jalaludin Rahmat


Demikian diungkapkan Prof Dr Jalaluddin Rahmat, Kamis (5/5/2011). Akibatnya, kata Jalaludin, mereka jadi mudah beringas, tidak sabaran, dan keras.

Menurut dia, saat ini empati diperlukan untuk melembutkan sifat-sifat keras dan manja pada anak. Anak yang sudah memiliki empati akan memiliki misi dalam hidupnya.

Untuk itu, menumbuhkan empati seharusnya menjadi bagian dari pendidikan karakter di sekolah. Hanya saja, menanamkan empati tidak harus dimasukkan dalam kurikulum.

"Malah akan membosankan," cetusnya.

Pihak sekolah bisa memasukkan pendidikan empati melalui kegiatan sosial, seperti melakukan kerja sosial di masyarakat atau kegiatan live in di rumah-rumah penduduk miskin.

"Di sekolah saya setiap tahun anak-anak harus melakukan pengkhidmatan kepada orang miskin selama tiga hari. Mereka tinggal di sana dan berkhidmat," katanya.

Jalaludin mencontohkan kegiatan pendidikan empati di sekolah yang didirikannya, yaitu SMA Muthahhari, Bandung, yang kini menjadi sekolah model Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) dalam pembinaan akhlak. Selain pendidikan di sekolah, lingkungan juga berpengaruh besar pada pembentukan karakter anak, termasuk dalam menumbuhkan sikap empati.

"Bagaimana anak mau belajar kejujuran jika sekolahnya membocorkan hasil ujian? Anak juga melihat orang yang tidak jujur lebih sukses bahwa untuk masuk ke suatu lembaga, yang membayar paling besar, akan diterima. Itu semua akan menghancurkan empati anak," katanya.

Selain itu, Jalaludin juga menegaskan, perlunya mengubah orientasi pelajaran agama.

"Orientasinya jangan ke fikih, tetapi lebih ke akhlak," katanya.

Baca Selengkapnya - Anak Sekarang Generasi yang Manja

Al-Quran Online

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda di Blog TK 'AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 41 GRESIK