Slamat iedul Fitri 1432 H


Baca Selengkapnya - Slamat iedul Fitri 1432 H

Ingin Stop Merokok? Isap Saja Wortel



KOMPAS.com — Sebuah penjara di Selandia baru menawarkan wortel kepada para tahanan untuk membantu mereka mengatasi kecanduan rokok. Bulan depan penjara-penjara di negara itu akan bebas asap rokok.

Wortel itu dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian tahanan dari rokok. Itu pilihan yang lebih sehat dibandingkan mengganti rokok dengan makanan lain, permen misalnya.

Hal itu terungkap dari sebuah memo internal yang bocor dari Penjara Invercargill. Dalam memo itu disebutkan disiapkan dua batang wortel sehari untuk setiap tahanan agar mereka berhenti merokok, sebelum peraturan bebas rokok diberlakukan 1 Juli mendatang. Memo itu menyebut sebuah wortel ukuran jumbo dapat menghasilkan 16 batang wortel jika dipotong seukuran rokok.

Presiden Asosiasi Lembaga Pemasyarakatan Selandia Baru Beven Hanlon mengira itu cuma lelucon ketika pertama kali mendengar hal itu. "Saya pikir itu bukan ide terbaik, tetapi layak dicoba," kata Hanlon.

Hanlon, yang serikatnya mewakili sipir penjara, mengatakan batang wortel itu dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian tahanan dari rokok. Itu pilihan yang lebih sehat dibandingkan mengganti rokok dengan makanan lain, permen misalnya.

"Ini semua berkaitan dengan mulut... jika ada sesuatu di mulut, maka mereka takkan mencari rokok untuk diselipkan," katanya.

Baca Selengkapnya - Ingin Stop Merokok? Isap Saja Wortel

43 Juta Lebih Anak Indonesia Terpapar Bahaya Rokok

Kompas - Pengendalian produk tembakau, dalam hal ini rokok, bertujuan melindungi generasi muda dari paparan zat-zat berbahaya bagi kesehatan. Di sejumlah negara, pengendalian terhadap produk tembakau semakin ketat.

Hal itu dikemukakan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dalam

peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) di Taman Lalu Lintas Cibubur, Jakarta, Selasa (31/5). Peringatan itu mengangkat tema ”Melalui Regulasi Terbaik, Kita Lindungi Generasi Muda dari Bahaya Merokok”. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2010, prevalensi merokok 34,7 persen.

”Lebih dari 43 juta anak Indonesia hidup serumah dengan perokok dan terpapar asap rokok,” kata Endang dalam sambutannya mengutip data The Global Youth Tobacco Survey tahun 2006.

”Tiga dari 10 pelajar pertama kali merokok pada usia di bawah 10 tahun. Anak-anak dan kaum muda semakin dijejali ajakan merokok oleh iklan, promosi, dan sponsor rokok,” ujar Endang.

Menkes mengatakan, iklan rokok di Indonesia gencar karena negara-negara lain sudah membatasi, bahkan ada negara yang total mengendalikan tembakau. ”Karena tidak ada tempat lain, masuk ke Indonesia,” katanya.

Upaya pemerintah melindungi generasi muda antara lain lewat regulasi. Saat ini sedang dipersiapkan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau. Penyusunan RPP mendekati tahap akhir. Daerah juga diimbau mempunyai peraturan terkait kawasan tanpa rokok. Dari 470 kabupaten/kota, baru 25 kabupaten/kota yang mempunyai peraturan kawasan tanpa rokok.

Melalui siaran pers, Direktur Regional WHO untuk Asia Tenggara Samlee Plianbangchang mengatakan, hampir 6 juta orang meninggal dunia karena mengonsumsi tembakau atau terkena paparan asap rokok. Diperkirakan kematian akibat konsumsi tembakau mencapai 8 juta orang pada 2030.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengimbau lembaga penyiaran televisi dan radio agar tidak menyiarkan iklan rokok pada 31 Mei 2011. Imbauan disampaikan oleh KPI kepada asosiasi lembaga penyiaran.

Penuh asap rokok

Di Surabaya, Jawa Timur, HTTS nyaris tidak bergaung karena sebagian masyarakat tidak mengetahui momentum ini. Area publik tetap dipenuhi asap rokok.

Pemantauan di Bandara Internasional Juanda, lobi bandara yang terbuka dan tanpa AC dipenuhi asap rokok sehingga terasa pengap.

Beberapa perokok mengaku tidak tahu kalau kemarin merupakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. ”Saya tidak tahu. Tetapi merokok kan membantu perekonomian nasional. Bukankah cukai rokok merupakan penghasilan negara yang sangat besar,” kata Eka Wijaya asal Surabaya.

Aktivitas merokok secara bebas juga terlihat di gerbong kereta komuter jurusan Surabaya-Sidoarjo dan di Terminal Purabaya, Surabaya.

Di Mojokerto, para pengendara sepeda motor, sopir, dan penumpang bus non-AC mengisap rokok. Bahkan, seorang pelajar SMA berpakaian seragam asyik merokok di pinggir jalan.

Briptu Afandi (35), petugas polisi lalu lintas di Pos Lantas Kenanten 903 Mojokerto, mengatakan, tak semua orang mengetahui peringatan HTTS, karena tak ada sosialisasi, terutama kalangan masyarakat bawah seperti kuli bangunan, tukang becak, dan sopir.

Di kantor DPRD Kota Malang banyak orang merokok tanpa ada yang menegur. Petugas Satpol PP dan anggota DPRD yang lalu lalang pun tidak menegur para perokok.

Suasana berbeda tampak di ruang tunggu kantor DPRD Kabupaten Malang. Pada hari Selasa itu berlangsung sidang paripurna. Para peserta sidang dan pegawai kantor DPRD tidak ada yang merokok.

Tampaknya kebiasaan tak merokok di area publik sudah terbangun. Puluhan pengemudi mobil dinas yang duduk di ruang tunggu juga tidak ada yang merokok.

Baca Selengkapnya - 43 Juta Lebih Anak Indonesia Terpapar Bahaya Rokok

Kena Asap Rokok, Anak Jadi Kecanduan Nikotin

Shutter Stock
Ilustrasi merokok


KOMPAS.com -
Ini adalah peringatan bagi para perokok. Segera matikan rokok Anda jika di sekitar ada anak dan remaja. Pasalnya, anak yang menjadi perokok pasif lama-lama akan ikut kecanduan nikotin.

Penelitian yang dilakukan para ahli dari Concordia dan Universitas Montreal Kanada menemukan, remaja yang sering terpapar asap rokok dari orangtua, saudara, teman atau orang di sekitarnya lambat laun akan mulai merokok juga.

"Anak yang melihat orang lain merokok akan meniru kebiasaan itu karena tak menganggap rokok sebagai bahaya. Hasil pengamatan kami menunjukkan walau tidak pernah merokok, anak yang terpapar rokok akan melihat kebiasaan itu wajar sehingga mereka akan mulai merokok di usia remaja," kata Simon Racicot, dari Departemen Psikologi Universitas Concordia.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nicotine & Tobacco Research ini menambah panjang bukti dari efek negatif berada di lingkungan perokok.

Peneliti senior Jennifer J. McGrath menyebutkan sekitar 60 persen anak di Amerika Utara merupakan perokok pasif. "Makin banyak perokok di sekitar anak, makin tinggi paparan nikotin yang diterima mereka. Padahal anak yang jadi perokok pasif menyerap nikotin dalam dosis lebih tinggi dari perokok aktif," katanya.

Hasil riset awal menunjukkan paparan rokok akan memengaruhi otak perokok pasif sehingga menimbulkan reaksi kecanduan, bahkan sebelum anak tersebut mulai menjadi perokok.

Dalam penelitian ini 327 remaja usia 11-13 tahun diwawancarai mengenai kebiasaan merokok, jumlah perokok di rumah dan lingkungan mereka, serta situasi ketika mereka merokok.

"Pra remaja yang dikelilingi oleh perokok adalah calon perokok juga," demikian kesimpulan para peneliti.

Oleh karena itu, para peneliti menyarankan perlunya langkah pencegahan khusus untuk anak-anak yang menjadi perokok pasif. Kesadaran akan bahaya rokok ini seharusnya sampai pada anak-anak dan orangtuanya.

"Orang dewasa atau orangtua seharusnya tidak merokok di sekitar anak, baik itu di rumah atau kendaraan demi mencegah anak menjadi perokok pasif," kata Racicot
.

Baca Selengkapnya - Kena Asap Rokok, Anak Jadi Kecanduan Nikotin

Indonesia, masih minim perlindungan dari ancaman bahaya merokok.

shutterstock


KAMBOJA,
Anak-anak di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, masih minim perlindungan dari ancaman bahaya merokok. Berbagai iklan dan kegiatan yang disponsori produsen rokok relatif bebas di Indonesia yang tak meratifikasi Konvensi Pengendalian Tembakau.

Susan Mercado dari WHO Regional Pasifik Barat mengatakan, industri rokok gencar mengincar target baru: anak-anak dan remaja sebelum 18-20 tahun. ”Pada anak remaja, bagian otak prefrontal cortex belum berkembang, jadi rentan kecanduan,” katanya pada Lokakarya ASEAN terkait Implementasi Pasal 13 Kerangka Kerja Konvensi Pengendalian Tembakau WHO-FCTC tentang Iklan, Promosi, dan Sponsorship Rokok di Kamboja, akhir pekan lalu.

Lisda Sundari dari Komisi Nasional Perlindungan Anak menunjukkan berbagai foto dan video yang menunjukkan pemasaran rokok yang vulgar. ”Ini terjadi karena pemerintah hanya membatasi periklanan tak boleh mencantumkan gambar rokok dan orang merokok,” ujarnya.

Berdasarkan pengamatan Komisi Nasional Perlindungan Anak selama 17 bulan di Jakarta, terdapat 348 konser musik yang disponsori enam perusahaan rokok dengan 23 merek rokok.

Tanpa sadar, setiap hari indera penglihatan anak-anak dan remaja dijejali berbagai promosi dan iklan rokok di penjuru kota dan media. Rokok diidentikkan dengan gaul, jantan, dan keren.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, dalam sebatang rokok terdapat 7.000 bahan kimia dan 70 jenis karsinogen, di antaranya kadmium (baterai), toluena (larutan kimia industri), nikotin (insektisida), dan arsenik (racun)

Menyadari kerentanan anak- anak dan remaja, sejumlah 172 negara di dunia (mencakup 90 persen penduduk dunia) sejak 2003 mengadopsi protokol WHO-FCTC.

Protokol itu melindungi kebijakan kesehatan dari pengaruh industri rokok, pengaturan harga dan cukai untuk mengurangi permintaan rokok, melindungi warga dari kontaminasi asap rokok pada areal dalam ruangan dan transportasi publik, kemasan dan pelabelan rokok, serta penerapan pelarangan iklan, promosi, dan sponsorship rokok.

Indonesia disorot

Dalam pertemuan di Kamboja, posisi Indonesia turut disorot. Indonesia satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang belum menandatangani apalagi meratifikasi protokol WHO-FCTC.

Thailand merupakan negara di ASEAN yang termaju dalam mengimplementasikan pengendalian rokok dengan melarang promosi rokok secara terbuka. Sementara negara termiskin kedua di Asia Tenggara setelah Myanmar, Kamboja, sukses menerbitkan perundang-undangan yang melarang promosi dan iklan rokok di luar ruangan. Mereka berjuang untuk melarang penjualan rokok di areal strategis.

Malaysia sejak 2004 melarang semua bentuk iklan dan sponsorship terkait promosi rokok. ”Indonesia tertinggal jauh,” kata Anastasia Maria Sri Rejeki dari Pusat Dukungan Pengendalian Rokok Indonesia.(ICH
)



sumber : kompas

Baca Selengkapnya - Indonesia, masih minim perlindungan dari ancaman bahaya merokok.

Manfaat Menyusui

1. Manfaat bagi Bayi:

Komposisi sesuai kebutuhan . Air susu setiap spesies makhluk hidup yang menyusui itu berbeda-beda sesuai dengan laju pertumbuhan dan kebiasaan menyusu anaknya. Jadi, ASI memang dirancang sedemikan rupa untuk bayi manusia.

Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan . Dengan manajemen laktasi yang baik, produksi ASI cukup sebagai makanan tunggal untuk pertumbuhan bayi normal sampai usia enam bulan.

ASI mengandung zat pelindung . Antibodi (zat kekebalan tubuh) yang terkandung dalam ASI akan memberikan perlindungan alami bagi bayi baru lahir. Antibodi dalam ASI ini belum bisa ditiru pada susu formula.

Perkembangan psikomotorik lebih cepat . Berdasarkan penelitian, bayi yang mendapat ASI bisa berjalan dua bulan lebih cepat bila dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.

Menunjang perkembangan kognitif . Daya ingat dan kemampuan bahasa bayi yang mendapat ASI lebih tinggi bila dibandingkan bayi yang diberi susu formula.

Menunjang perkembangan penglihatan . Hal ini antara lain karena ASI mengandung asam lemak omega 3.

Memperkuat ikatan batin ibu-anak . Rasa aman dalam diri bayi akan tumbuh saat ia berada dalam dekapan ibunya. Ia menikmati sentuhan kulit yang lembut dan mendengar bunyi jantung sang ibu seperti yang telah dikenalnya selama dalam kehamilan.

Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat . Melalui proses menyusui, anak akan belajar berbagi dan memberikan kasih sayang pada orang-orang di sekitarnya.

Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri . Terjalinnya komunikasi langsung antara ibu dan bayinya selama proses menyusui akan meningkatkan kelekatan di antara mereka. Rasa lekat dan percaya bahwa ada seseorang yang selalu ada apabila dibutuhkan lambat laun akan berkembang menjadi percaya pada diri sendiri.


2. Manfaat bagi Ibu:

Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula . Hal ini karena hormon progesteron yang merangsang kontraksi otot-otot di saluran ASI sehingga ASI terperah keluar juga akan merangsang kontraksi rahim. Jadi, susuilah bayi segera setelah lahir, agar tidak terjadi perdarahan pasca persalinan dan proses pengerutan rahim berlangsung lebih cepat.

Mencegah anemia defisiensi zat besi . Bila perdarahan pasca persalinan tidak terjadi atau berhenti lebih cepat, maka risiko kekurangan darah yang menyebabkan anemia pada ibu akan berkurang.

Mempercepat ibu kembali ke berat sebelum hamil . Dengan menyusui, cadangan lemak dalam tubuh ibu yang memang disiapkan sebagai sumber energi selama kehamilan untuk digunakan sebagai energi pembentuk ASI akan menyusut. Penurunan berat badan ibu pun akan terjadi lebih cepat.

Menunda kesuburan . Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara mencegah kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: bayi belum diberi makanan lain; bayi belum berusia enam bulan; dan ibu belum haid.

Menimbulkan perasaan dibutuhkan . Rasa bangga dan bahagia karena dapat memberikan sesuatu dari dirinya demi kebaikan bayinya akan memperkuat hubungan batin antara ibu dan bayinya.

Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium . Penelitian membuktikan bahwa ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil bila dibandingkan ibu yang tidak menyusui secara eksklusif.


3. Manfaat bagi Keluarga:

Mudah pemberian . ASI selalu tersedia dalam suhu yang sesuai, dan dapat diberikan kapan saja saat bayi merasa lapar.

Mengurangi biaya rumah tangga . ASI tidak perlu dibeli, seperti halnya susu formula. Uang untuk membeli susu bisa dialihkan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga yang lain.

Mengurangi biaya pengobatan . Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.


4. Manfaat bagi Negara:

Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan . Angka kematian dan kesakitan bayi yang mendapat ASI akan berkurang. Selain itu, dengan tertundanya masa suibur ibu, penggunaan obat/alat KB dapat dihemat untuk beberapa bulan.

Penghematan devisa untuk pembelian susu formula dan perlengkapan menyusu . Pemerintah dapat menghemat biaya pengeluaran untuk membeli susu formula, botol, dot, dan bahan bakar minyak/gas yang diperlukan dalam mempersiapkan air panas untuk membuat susu formula.

Mengurangi polusi . Pemberian ASI tidak akan menyebabkan terjadinya tumpukan kaleng/karton susu dan pencemaran udara.

Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas . Anak yang jarang sakit dan tumbuh-kembang dengan optimal akan tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berpotensi sebagai SDM yang berkualitas.



Dewi Handajani

Konsultasi ilmiah: Prof. dr. Rulina Suradi, Sp.A(K), IBCLC, Divisi Perinatologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

sumber : creasoft

Baca Selengkapnya - Manfaat Menyusui

Menyusui, Meningkatkan Ikatan Ibu dan Anak





Setiap ibu tentu ingin memiliki hubungan yang dekat dan akrab dengan bayinya. Ikatan yang kuat antara ibu dan anak ini kelak akan berpengaruh pada rasa percaya diri anak. Rahasia ikatan yang paling efektif menurut para ahli adalah dengan menyusui si buah hati.

Memberikan air susu ibu (ASI), selain memberikan nutrisi terbaik bagi bayi, juga meningkatkan ikatan antara ibu dan anak dibanding ibu yang memberi susu formula kepada anaknya. Penelitian juga menunjukkan bahwa ibu yang memberi ASI memiliki respons otak paling kuat ketika mendengar bayinya menangis.

Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang digelar tim dari Child Study Center, Universitas Yale, Amerika. Mereka membagi para ibu menjadi dua kelompok. Sebanyak 9 orang menyusui bayinya, sedangkan 8 ibu memberi susu formula. Para ibu itu kemudian melakukan tes MRI satu bulan setelah bayi lahir.

Ketika para ibu itu sedang melakukan tes MRI, mereka diperdengarkan dua rekaman suara tangis bayi, yakni tangisan bayi mereka sendiri dan tangisan bayi orang lain. Seluruh otak para ibu lebih aktif saat mendengar suara tangisan bayi mereka. Namun, respons otak paling kuat terlihat pada ibu-ibu yang memberi ASI.

Pilyoung Kim, psikolog perkembangan dari Universitas Yale, menjelaskan, ada banyak faktor yang berperan pada tingginya sensitivitas otak ibu menyusui. "Bukan cuma kerena memberi ASI, melainkan juga karena kadar hormon dan pengalaman personal lain," katanya.

Kadar hormon, misalnya, sangat bervariasi antara ibu yang memberi ASI dan tidak. Oksitosin, si hormon cinta yang membantu ikatan emosional antara ibu dan anak, akan dilepaskan secara alami ketika seorang ibu menyusui bayinya.

Kendati demikian, menurut Kim, aspek psikologi juga mungkin berperan. "Ibu yang memutuskan memberi ASI merefleksikan kecenderungan untuk lebih berempati kepada bayi mereka. Tekad untuk memberi ASI sejak bayi dalam kandungan juga meningkatkan ikatan antara ibu dan anak," katanya.



kompas.com

Baca Selengkapnya - Menyusui, Meningkatkan Ikatan Ibu dan Anak

Alasan Anak Harus Stop Facebook-an




JAKARTA,
Demam jejaring sosial Facebook saat ini memang bukan hanya melanda orang dewasa. Tak jarang kita jumpai, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) pun sudah sangat paham menggunakan situs pertemanan di dunia maya tersebut.

Melihat fenomena ini, psikolog anak Dra Rose Mini, MSi mengaku prihatin. Ia menilai, Facebook sebenarnya bukanlah untuk konsumsi anak-anak. Pasalnya, ada ketentuan-ketentuan tertentu yang tidak memperbolehkan seorang anak mengakses situs yang sangat populer itu.

"Facebook bukan konsumsi anak SD. Dalam ketentuan, Facebook harus 17 tahun ke atas," tegas wanita yang akrab dipanggil Bunda Romi ini saat ditemui dalam seminar "Aku Anak Sehat" di Jakarta, Kamis, (5/5/2011).

Dia juga menyayangkan, banyak orangtua yang justru membuat akun Facebook untuk anak mereka. "Saya heran kenapa orangtua ijinin. Sebenarnya nggak pake Facebook bisa hidup kok," lanjutnya.

Menurut Rose, seorang anak di usianya yang masih sangat belia seharusnya mendapatkan pengajaran dan pengalaman bagaimana cara berteman dalam bentuk nyata, bukan malah berteman dalam dunia maya.

"Si anak harus belajar bagaimana bisa mengambil hati temannya, berinteraksi dengan teman, itu harus dipelajari dalam bentuk nyata, nggak bisa dalam dunia maya," tambahnya.

Bunda Romi mengungkapkan, salah satu alasan mengapa dirinya melarang anak-anak menggunakan Facebook adalah karena kondisi jiwa anak yang belum stabil, terutama dalam mengontrol statement(pernyataan).

Dalam Facebook, setiap ungkapan, baik berupa status maupun pesan, dapat disampaikan melalui teks ataupun gambar secara bebas sehingga rentan menimbulkan kesalahpahaman. Komentar ataupun pernyataan sangat berpotensi memicu konflik dan memengaruhi kejiwaan anak.

"Ada beberapa kasus, ini anak mencela temannya, si anak yang dicela sakit hati, lalu mengadu ke orangtuanya. Akhirnya perang di Facebook. Tapi bukan anak lagi yang perang, tapi orangtua sama orangtua," jelas wanita yang juga berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas negeri di Jakarta tersebut.

Lebih lanjut, Bunda Romi mengingatkan, apa yang dikonsumsi untuk khalayak umum atau publik harus ada batasannya. Oleh sebab itu, dia mengimbau anak-anak yang belum menginjak usia 17 tahun tidak menggunakan fasilitas jejaring sosial
.


kompas.com

Baca Selengkapnya - Alasan Anak Harus Stop Facebook-an

Film 'SI ANAK KAMPUNG' Cegah Ekstrimisme

Film berjudul SI ANAK KAMPUNG garapan sutradara muda Damien Dematra yang menceritakan biografi dan kisah hidup Buya Syafii, bertujuan untuk menghentikan terorisme.

"Film ini merupakan salah satu alat komunikasi untuk menghentikan aksi terorisme," kata Damien pada acara Tadarus Kebangsaan Maarif Institute berjudul Pluralisme, FilmSI ANAK KAMPOENG, Dan Terorisme di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Jumat (4/9).

Ia mengatakan, melalui film tersebut dirinya ingin menyampaikan bahwa akan selalu ada harapan untuk anak bangsa (Indonesia) terkait aksi bom bunuh diri yang banyak dilakukan oleh anak muda.

Menurut dia, pengalaman konversi Buya Syafii dari seorang aktivis negara Islam menjadi seorang nasionalis beriman kuat sangat layak jadi cermin bagi siapa pun yang selama ini mengikuti jalan ekstrimisme dan terorisme.

"Hal tersebut merupakan sebuah pesan terbuka bahwa wajah Islam sangat toleran, santun, dan bersahabat," tegasnya.

Kepada kalangan perfilman, imbau sutradara muda yang perduli dengan persoalan toleransi dan pluralisme tersebut, dia meminta agar mengangkat isu mengenai terorisme tersebut ke dalam sebuah film.

Ia mengatakan, film SI ANAK KAMPUNG akan dibuat ke dalam sebuah trilogi yang menceritakan mengenai masa kecil Buya Syafii hingga ke titik konversi yang mendambakan negara Islam, sehingga akhirnya ia menjadi pejuang sejati.

Film pertamanya, katanya, akan dirilis pada bulan Maret 2010, kemudian disusul pada bulan Juni 2010 untuk film kedua. "Dan film terakhirnya akan di rilis pada bulan Desember 2010," lanjutnya.

berikut cuplikan video Kisah "Si Anak Kampoeng" Buya Syafii Maarif tokoh Muhammadyah




Baca Selengkapnya - Film 'SI ANAK KAMPUNG' Cegah Ekstrimisme

Tanamkan Karakter Anak secara Sederhana


Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting bagi dunia pendidikan nasional saat ini. Namun, bagaimana caranya menanamkan hal tersebut pada anak-anak didik di tengah dunia akademis yang saat ini "belum" dinomorsatukan?
Sekolah harus memerhatikan nilai-nilai akademis dan character building secara seimbang.
-- Elin Driana


"Jangan hanya nilai-nilai akademis, tetapi harus juga diajarkan dan dicontohkan kepada anak bahwa mencontek itu tidak baik. Ketika anak melakukan kesalahan, semestinya diperbaiki, bukan dengan cara ditegur atau dihukum," ujar Elin di Jakarta, Selasa (3/5/2011).Pemerhati pendidikan dari Education Forum, Elin Driana, mengatakan, salah satu caranya adalah menentukan sekolah yang tepat bagi anak. Tepat di sini, lanjut Elin, sekolah yang memerhatikan nilai-nilai akademis dan character building secara seimbang.

Elin mengatakan, hal tersebut dapat diajarkan secara sederhana, yakni dengan menanamkan nilai-nilai itu dalam kegiatan sehari-hari di lingkungan sekolah. Untuk itu, lanjutnya, pendidikan karakter tidak perlu dijadikan sebagai satu mata pelajaran khusus di sekolah.

"Semua bisa dimasukkan dalam nilai-nilai yang diajarkan di lingkungan sekolah. Contohnya, anak dapat diajarkan berdisiplin untuk tidak terlambat masuk sekolah, lalu berdisiplin dalam upacara bendera. Jadi, itu yang penting menurut saya, tidak harus dibuatkan mata pelajaran khusus," tuturnya.

Bermula di rumah

Selain menentukan sekolah yang tepat bagi anak, Elin menambahkan, penanaman pendidikan karakter sebaiknya dimulai dari rumah. Dalam hal ini, orangtua kembali mempunyai peran penting untuk membentuk karakter putra-putrinya.

"Kalau dari volumenya, anak itu paling banyak berada di rumah, karena dia (anak) juga, kan, darah daging orangtuanya," kata Elin.

Elin menuturkan, banyak hal dapat dilakukan orangtua untuk membangun karakter anaknya di rumah. Salah satunya membuat pola komunikasi yang baik dengan anak. Hal itu dimaksudkan agar hubungan anak dan orangtua dapat berjalan secara maksimal sehingga karakter anak dapat terlihat.

"Selain itu, bisa juga dengan cara memberikan kebebasan anak melakukan kegiatannya. Namun, kebebasan di sini dalam arti bahwa orangtua juga harus tetap memantau kegiatan-kegiatan mereka itu," pungkas Elin.


kompas.com

Baca Selengkapnya - Tanamkan Karakter Anak secara Sederhana

Al-Quran Online

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda di Blog TK 'AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 41 GRESIK